Lihat ke Halaman Asli

"Sexy Killers" Bobroknya Pemerintah

Diperbarui: 17 April 2019   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film dokumenter yang "Ngeh" di tonton ----

YA, film ini bagus. Terutama sisi prolog, yang berbeda dari film lainnya. Mungkin, film ini menjadi sindiran buat penulis,  dan pembaca utamanya, bahwa negeri kita, negeri porno. Bagaimana tidak? Sisi prolog pertama, di mulai dengan perempuan sexi, yang justru tidak ada kaitannya dengan film tersebut, hanya pola pemasaran saja. Film dokumenter ini, di update oleh Watcdoc Image, pada 13 April 2019 dan berdurasi 1 jam : 28 menit : 56 detik, hingga saat ini sudah ditonton 12 juta lebih. Film ini bercerita tentang eksotisnya tambang batubara di Borneo -- Kalimantan Timur, dan hancurkan kelayakan hidup masyarakat setempat.

Yah, penulis tidak akan menyentuh banyak mengenai tambang batubara, hingga dampaknya bagi masyarakat setempat.  Hanya, penulis sedikit akan membahas pola atau karakter pemerintah. Film documenter, sebagus ini hanya ditonton beberapa persen dari jumlah masyarakat Indonesia. Itupun, harus diawali dengan perempuan eksotis dan baju mini. Baru ditonton. Parah.

Diakui atau tidak, negeri kita negeri yang parah. Kadang lucu, tak bisa menyelesaikan perosalan sendiri. Kadang, juga ngeri, saling cakar sendiri, hanya persoalan kasat mata. 

Negeri ini, tak becus ngurus soal isu kemanusian, apalagi ngurus soal dampak batubara, itu rasanya tidak mungkin. Pemerintah, hanya akan memberikan atipati apik, terhadap kasus, yang baginya mendapatkan point plus. 

Jika tidak, ditinggalkan. Prinsipnya, menyelesaikan satu masalah, merupakan asuransi bagi pemerintah, agar nanti jika mencalonkan kembali, mendapatkan hati masyarakat, dan goalsnya kembali terpilih.

Flash back saja. Hingga saat ini, kelayakan hidup di sekitar tambang tersebut tidak pernah dibahas pemerintah, apalagi media. Bagi media, follow-up, masyarakat setempat, tak bisa manaikkan ratting, atau mendatangkan iklan bagi media. Tidak ada. Bulshit !!. Bahkan menurut pengakuan setempat, pemerintah membunuh cita-cita mereka. 

Ya, cita-cita tinggi, itu kewajiban masyarakat, bukan pemerintah. Betull !! tapi pemerintah, mempunyai ikut andil dalam kehidupan pemerintah. Jika tidak, untuk apa ada pemerintah. Tujuan pemerintah adalah membuat hidup masyarakat layak, udah itu aja. Jangan banyak-banyak.

Borneo-Kalimantan, hanya bagian kecil dari kurang ajarnya dunia eksploitasi.  Dan kurang becus nya pemerintah memberikan pengawasan, utamanya Kementrian Lingkungan Hidup. 

Belum lagi di daerah lainnya, yang masyarakan belum berani melapor. Mau melapor bagaimana ? ada isu melapir aja,  langsung disikat. Masyarakat hanya menjadi tameng bagi pengusaha, atau bagi menteri nyang berafiliasi dengan perusahaan tambang.

TANGIS

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline