Lihat ke Halaman Asli

Remaja yang senang mendengarkan musik lebih mudah depresi

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Only youniga anim nal gochil su eobseo nan dasi useul suga eobseo it’s only you my baby it’s only you"

Lirik di atas adalah petikan dari lagu Only you yang dipopulerkan oleh 2 PM. Dulu, hampir setiap hari lagu ini saya dengarkan melalui headset dari handphone saya. Tapi itu dulu.

Semuanya dimulai sejak beberapa bulan lalu. Hari itu, guru sosiologi saya sedang menerangkan dan beberapa murid malah dengan asyiknya mendengarkan musik melalui headset. Dengan tegas, guru saya memberikan peringatan kepada murid yang mendengarkan musik itu sambil berkata,


"Rasulullah SAW bersabda bahwa mendengarkan musik dapat mengeraskan hati"

Rupanya, apa yang dikatakan oleh rasul pastilah berupa hal yang baik untuk kita bila kita mendengarkannya. Menurut hasil penelitian dariUniversity of PittsburghSchool of Medicine,AmerikaSerikat, remajayang menghabiskan banyak waktu mendengarkan musik lebih berisiko mengalami depresi daripada remaja yang memiliki kegemaran membaca


Peneliti melibatkan 106 peserta untuk mencari keterkaitan media dengan kesehatan emosional. Selama dua bulan, peneliti meminta peserta uji coba selama puluhan kali untuk melaporkan jenis media yang mereka terima, termasuk televisi, musik, video game, internet, majalah, dan buku.

Para ahli menemukan remaja yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka mendengarkan musik 8,3 kali lebih berisiko menjadi depresi. Di sisi lain, mereka yang lebih suka membaca buku hanya sepersepuluh dari penggemar musik yang berisiko depresi.

"Pada titik ini, tidak jelas apakah orang depresi mendengarkan musik sebagai pelarian atau apakah mendengarkan musik dalam jumlah besar dapat menyebabkan depresi atau keduanya. Apa pun itu, temuan tersebut dapat membantu dokter dan para orang tua menyadari adanya kaitan antara media dan depresi," kata Dr Briaqn Primack, asisten profesor kedokteran dan pediatri di Pitt's School of Medicine.

Menurut Institut Nasional Kesehatan Mental, penyakit depresi diperkirakan memengaruhi satu dari 12 remaja. Studi ini diterbitkan dalam edisi April dalam jurnalArchives of Pediatric and Adolescent Medicine.

Ingatlah perkataan ini, Berkata Abdullah bin Mas’ud mengenai masalah ini:

الغناء ينبت النفاق في القلب ، كما ينبت الماء الزرع

“Nyanyian menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline