Lihat ke Halaman Asli

Dari Nganget Saya Belajar

Diperbarui: 10 Februari 2019   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : dokpri

Sumber : dokpri

“Kematian bukanlah kehilangan terbesar dalam hidup, kerugian terbesar adalah apa yang mati di dalam diri kita sementara kita hidup.” N.C

“Seseorang yang tidak tahu apa itu rasa sakit , tidak akan tahu apa itu kedamaian sejati” Uzumaki Nagato.

Nganget International WorkCamp ke-8 tahun 2017 adalah kegiatan pengabdian masyarakat yang saya ikuti diakhir liburan semester ini. Berawal dari rasa penasaran dengan pamflet yang bertebaran di media sosial yang  membahas penyakit kusta. 

Saya pun tertarik untuk daftar dan mengikuti tahapan seleksi berkas juga seleksi wawancara. Dalam seleksi wawancara, saya mendapatkan tantangan untuk berbicara bahasa Inggris. Awalnya kurang percaya diri tetapi saya kuatkan diri. 

Setelah pengumuman dan mengikuti tahap pembekalan barulah saya tahu bahwa tidak hanya mahasiswa Indonesia saja yang berpartisipasi tetapi ada mahasiswa asal Jepang yang akan membersamai kami selama dua minggu di Nganget.

Saya berangkat tanggal 05 Agustus melalui stasiun Semarang setelah sebelumnya ada kegiatan di Senden, Selo, Boyolali dari akhir bulan juli. Dalam kegiatan NIWC ini, saya tergabung kelompok dua dari lima kelompok. Terdiri atas saya, Kak Nadila, Putri, Matthew, dan Saki. 

Jumlah Campers atau peserta ada dua puluh sembilan orang yang terdiri dari delapan belas orang mahasiswa Indonesia dan sebelas orang mahasiswa asal Jepang.. Fokus utama kami adalah membuat akses ke sumber air panas serta membuat kamar ganti bagi pengunjung yang datang. Selain itu, kami berkewajiban mengunjungi warga  baik itu yang masih di panti dan di luar panti yang biasa disebut LIPOSOS.

Setiap hari kami mendaptkan jadwal secara bergiliran. Ada kelompok yang mendapatkan menjadi koki selama sehari, juga kelompok yang mendapatkan tugas kunjungan ke warga dan melakukan kerja bakti membangun akses dan membangun ruang ganti. 

Untuk kunjungan dan melakukan kerja bakti ini dilakukan bergiliran secara setengah hari berbeda dengan giliran memasak yang harus bertugas seharian.  Ada tiga kali makan dalam sehari yaitu : sarapan pagi, makan siang , dan makan malam. 

Setiap selesai masak maka akan dibagi makanan dan lauknya secara adil sesuai jumlah peserta . Kemudian kami bernyanyi dahulu secara bersama , lalu presentasi dari kelompok yang masak tentang menu yang dihidangkan, terakhir baca doa dan makan. 

Pernah diawal kegiatan mendapat tugas menjadi koki dan ternyata nasi yang dimasak itu gosong. Akhirnya jadilah nasi berasap yang mau tidak mau menjadi santapan waktu itu. Tentunya itu menjadi sebuah pelajaran dan rasa malu ketika tidak bisa menghidangkan makanan yang baik bagi kawan-kawan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline