Lihat ke Halaman Asli

Fakhriza Saharani

mahasiswa tahun pertama rekayasa nanoteknologi universitas airlangga

Nanoteknologi, Si Kecil Pembangun Negeri

Diperbarui: 29 Mei 2023   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Memasuki era industri 4.0, perkembangan teknologi pun semakin pesat. Negara-negara maju berlomba-lomba untuk memajukan teknologi di negerinya. Tentu saja hal itu dilakukan untuk membantu meningkatkan produktivitas rakyat-rakyatnya.

Riset-riset teknologi baru terus dikembangkan oleh para peneliti, termasuk di dalamnya nanoteknologi. Teknologi ini sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju, seperti Jepang, China, Amerika, dan banyak lagi negara maju lainnya. Selain itu, banyak juga perusahaan-perusahaan yang sudah menggunakan nanoteknologi untuk memproduksi produk-produknya, seperti International Business Machines Corporation, Intel Corporation, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company Limited, dan masih banyak lagi perusahaan lain.

Lantas, apa itu nanoteknologi dan bagaimana penerapannya pada kehidupan?

Pengertian Nanoteknologi

Nanoteknologi adalah ilmu atau teknologi yang mempelajari benda yang sangat kecil (sepersemiliar meter) dan kemudian memanipulasinya untuk membuat benda baru dengan sifat spesifik yang diinginkan. Sederhananya, nanoteknologi adalah lompatan teknologi untuk mendesain objek baru dari objek yang sudah ada. Istilah Nanoteknologi pertama kali disebut dalam pidato ilmiah Profesor Nario Taniguci tahun 1974.[1]

Konsep nanoteknologi sendiri pertama kali diperkenalkan oleh fisikawan Richard Feynman dalam presentasinya di tahun 1959 yang berjudul "There's Plenty of Room at the Bottom". Ia mencetuskan idenya tentang peluang merekayasa dan mengonteol materi yang berukuran sangat kecil untuk membuat mesin yang berukuran sebesar molekul. 

Namun, pada saat itu gagasan Feynman dianggap sebagai lelucon, yang kemudian dijelaskan dalam bukunya "Surely You're Joking, mr. Feynman". Hingga sekitar 20 tahun kemudian, Erix Drexler secara konkret menjelaskan ide untuk membuat mesin yang sangat kecil dari sekumpulan atom. Dexler juga menggunakan istilah nanoteknologi secara mandiri dalam bukunya yang berjudul "Engines of Creation: The Coming Era of Nanotechnology".

Seiring perkembangan dunia optik dan mikroskop, penerapan teori dan konsep nanoteknologi dalam praktik menjadi semakin nyata. Scanning Tunneling Microscope (STM) ditemukan pada tahun 1981 oleh fisikawan Gerd Binnig dan Heinrich Rohrer (IBM Zurich Research Laboratory) telah membuka era baru dalam dunia nanoteknologi. 

STM tidak hanya mampu mencitrakan permukaan material pada tingkat nanometer, tetapi juga memungkinkan memanipulasi atom dan molekul untuk membentuk struktur materi. Sejak saat itu, bidang nanosains menarik perhatian para peneliti dan berkembang cukup pesat hingga sekarang.

Penerapan Nanoteknologi dalam Kehidupan

Hasil penelitian menjelaskan bahwa material yang berukuran nanometer memiliki sejumlah sifat fisika dan kimia yang lebih unggul dibandingkan material yang berukuran besar. Semua sifat-sifat tersebut dapat diubah dengan pengontrolan ukuran sebuah material, memodifikasi bagian permukaan, pengaturan komposisi kimiawi, maupun pengontrolan interaksi antar partikel (Yanuar, et.al., 2014).

Material dan perangkat skala nano telah dieksplorasi secara ekstensif selama 20 tahun terakhir. Telah diketahui dengan baik bahwa material berukuran di bawah 100 nanometer yang biasa disebut sebagai material nano dengan luas permukaan spesifik yang tinggi, peningkatan reaktivitas dan sifat mekanik serta optoelektronik yang unik, telah menciptakan kemajuan yang signifikan di bidang-bidang seperti elektronik, perangkat, energi, kosmetik, obat-obatan, pangan, pertanian dan lain sebagainya (Kargozar, et.al., 2018).

  • Bidang Pertanian

Pada bidang pertanian, para ilmuan di berbagai penjuru dunia telah mencoba melakukan beberapa riset guna memperbaiki beberapa sifat pada tanaman, seperti menghasilkan tanaman yang bebas dari virus serta mendapatkan bibit unggul melalui rekayasa genetika (Yanuar, et.al., 2014, Zhi, et.al., 2022, dan Almeida, et.al., 2022).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline