Lihat ke Halaman Asli

Cerpen Islami Inspiratif Mala Nirsukma

Diperbarui: 5 Januari 2024   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

MALA NIRSUKMA

Karya: Fakhriyah Khoirun Nisa

Terlihat sepasang kaki bersepatu hitam melangkah gontai melintasi gerbang SMK Sinar Senjakala. Deru klakson bersahutan mengisyaratkan lautan manusia tak sabaran tengah bermacet-macetan. Namun, sosok pemilik sepasang kaki itu tak mengindahkan. Bagaimana caranya ia bisa lekas sampai tujuan adalah satu-satunya hal yang berenang dalam benaknya sekarang. Pemilik sepasang kaki itu tak lain ialah Mala Nirsukma.

Panas terik mentari yang membuat kulit kuning langsatnya sedikit melegam juga peluh yang bercucuran di keningnya tak ia hiraukan. Asap dan debu jalanan yang menerpa wajah letihnya agaknya sudah tak lagi dirasakan. Hanya sebuah jaket kuning favoritnya yang senantiasa menemani ke mana saja ia pergi ia dekap erat-erat. Kerudung putih yang dikenakan pun ia biarkan berkelahi dengan angin.

Aku akan pulang dengan baik-baik saja, batin gadis 16 tahun itu lantas ia terus melangkahkan kakinya menuju halte bus agar bisa lekas tiba di rumah.

oOo

"Asalamualaikum, Bu." Mala bergegas masuk rumah menghampiri ibunya di dapur seraya mencium tangannya. Tentu saja tidak menggunakan tangan kanan. Mala cacat bawaan lahir, ia hanya memiliki satu tangan, tangan kiri yang selalu ia gunakan untuk segala hal yang ia bisa. Seperti biasa, tidak ada respons dari sang ibu. Ia langsung masuk kamar lalu berganti pakaian dengan sedikit tergesa-gesa.

"Mala! Cepat keluar! Ibu mau bicara sama kamu," raung ibu Mala sambil menggedor-gedor pintu kamar Mala yang sudah tampak ringkih. Dalam sekejap pintu itu sudah terbuka.

Tampak sosok Mala dengan pakaian kusutnya. Wajahnya pun demikian ditambah raut sedikit ketakutan.

"Kamu bikin masalah apa sama Amel? Barusan ibunya telepon terus marah-marah ke Ibu. Katanya kamu nakal sama Amel di sekolah," geramnya sambil melotot dan menunjuk-nunjuk Mala dengan penuh emosi hingga urat-urat di tangan dan keningnya tampak menonjol, bola matanya pun seperti ingin keluar dari persemayamannya.

Mala merasakan sesak di dadanya. Ia terpaku, lidahnya kelu, tak ada sesuatu yang bisa keluar dari mulutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline