Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Fakhriansyah

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta

Bertamasya dengan Sejarah dan Upaya Mencintainya di Era Modern

Diperbarui: 29 Juli 2020   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Kemajuan kita di masa lalu dan bahwa pemahaman akan masa lalu membawa bersamanya ke masa depan" - Sejarawan E.H.Carr dalam bukunya Apa itu Sejarah?

Dalam benak pikiran kita jika berbicara tentang sejarah, pasti di dalam otak kita sudah terpikirkan mengenai pembahasan tentang masa lalu yang membosankan

Masa lalu tersebut digunakan oleh kita sebagai alat untuk bertamasya ke waktu yang sudah kita lewati, mengenang apa yang sudah terlewat sembari memikirkan eksistensi diri kita atau mengetahui asal usul kita di masa lalu.

 Dengan bertamasya ke masa silam, kita dapat melihat setiap insan yang masih suci terlahir bersih yang insan tersebut di masa kini menciptakan seni dari hembusan nafasnya dan dari kuas di sela jarinya. 

Bertamasya ke masa lalu nyatanya membuat diri kita kangen dan memberikan gairah tersendiri---untuk bangkit---bagi manusia yang berhasil menelurusi masa lalu. Dalam artian, bertamasya ke masa lalu dapat dikatakan sebagai perjuangan mencari arti.

Sejarawan modern E.H Carr melalui bukunya What Is History? pernah menuliskan bahwa ia percaya kemajuan manusia di masa lalu, dan bahwa "pemahaman akan masa lalu.. membawa bersamanya peningkatan wawasan ke masa depan". Sekarang, mari kita buat analogi sesuai argumentasi E.H Carr dengan narasi tamasya di atas.

Bertamasya melalui sejarah nyatanya membuat setiap insan manusia kangen terhadap apa yang sudah mereka lalui. Kekangenan tersebut memberikan gairah dan arti bagi setiap insan manusia. 

Sekarang mari bayangkan saat kamu berada di titik terendah dalam hidupmu, tinggal sebatang kara di perantauan, dan jauh dari keluarga yang menghangatkan suasana. 

Disaat kamu berada di titik terendah itu pasti kamu hidup larut dalam kesedihan, di mana kamu butuh suatu motivasi eksternal dan internal untuk kamu bangkit. Dalam suasana malam yang dingin, rindu pelukan hangat keluarga, disitulah kamu mulai bertamasya melalui sejarah. 

Mengingat kembali masa-masa kecil di mana kamu sedang berbicara dengan kedua orang tua, bermain dengan sanak saudara, mendengarkan kisah inpiratif orang tua dan makan malam bersama dengan keluarga. 

Ketika kita bertamasya kita teringat bagaimana perjuangan kedua orang tua kita banting tulang hingga mandi keringat demi kesuksesan anak-anaknya, dan termasuk dirimu---yang dulu diperjuangkan orang tua---kini tenggelam di kesedihan yang mendalam. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline