Lihat ke Halaman Asli

Jamalludin Rahmat

TERVERIFIKASI

HA HU HUM

Maling Membaca Sastra

Diperbarui: 17 Desember 2022   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dari Pixabay

Maling itu mengendap-endap di gulita malam. Tangan kanan memegang senter, dan wajah memakai topeng.

Maling itu memanjat pagar rumah dan kedua kaki menginjak pekarangan rumah dan buru-buru menggulingkan badan ke batang pohon yang berdaun rimbun.

Maling itu menyembulkan kepala di rerimbun daun dengan mata dan telinga bergerak liar ke samping kiri, kanan dan depan. Hening.

Si maling menajamkan mata melihat seisi rumah. Lampu di teras menyala namun lampu di dalam rumah tidak ada satupun yang menyala.

Maling melangkah pelan tapi tapi pasti kemudian membuka paksa pintu depan dan berhasil. Ia memasuki rumah yang gulita namun tak menghidupkan satu pun lampu.

Senter si maling itu menyinari ruang tamu tapi tak menemukan satu pun benda berharga. Ia mendengus kesal dan membatin, "Pemilik rumah ini pasti orang miskin."

Ruang tamu itu hanya berisi buku-buku dan kertas-kertas yang bersusun rapi di rak-rak buku. Tak ada televisi, tak ada lukisan mahal bergantung di dinding dan barang antik.

Maling itu bergerak melangkah ke ruang dapur dan berharap ada benda-benda berharga yang bisa dicuri. Tapi sial, yang ditemui sama seperti di ruang tamu.

Ia melangkah gontai dari ruang dapur ke ruang tamu dan rebahan sebentar di karpet yang terbentang. 15 menit kemudian ia bangkit menuju ke dua kamar tidur. Setiap pintu kamar tidur itu tidak terkunci.

Ia membatin heran dan bertanya dalam hati, "Mengapa tak ada orang di rumah ini?' Di dua kamar itu, si maling melihat lagi buku-buku dan kertas-kertas yang bersusun rapi di rak-rak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline