Kepemimpinan yang gigih bekerja, niscaya hasilkan perubahan yang kasat mata. Mengentaskan persoalan dengan nyata, bukan sekadar bumbu retorika_Najwa Shihab dalam "Menatap yang Menata_
Ia diangkat menjadi pimpinan tertinggi sebuah perguruan tinggi setelah dilakukan pelantikan di Kota Jagakarta dengan beberapa pimpinan dari perguruan tinggi lainnya. Berpeci hitam, berbaju batik, bercelana dasar hitam dan sepatu kulit mengkilat ia mengucap sumpah jabatan di bawah kitab suci.
Setelah beberapa hari di Kota Jagakarta bersama istri dan anak seusai menikmati suasana kota Jagakarta dan rekreasi ke beberapa tempat, ia kembali ke perguruan tinggi. Sebagai pucuk pimpinan ia bertekad untuk menjadikan kampus yang dipimpinnya menjadi terbaik sehingga melampaui capaian para pimpinan sebelumnya.
Mulailah perbaikan menjadi yang terbaik dengan semangat berapi-api selalu ia ucapkan kala memberikan kata sambutan di setiap acara kampus yang dihadirinya, tak peduli kapan dan dimanapun.
Tiga wakil pimpinan kampus ia tunjuk dan lantik untuk perbaikan menjadi yang terbaik dengan semangat berapi-api yang ingin diwujudkan. Wakil pimpinan pertama memperbaiki dan menjadikan mutu pendidikan yang terbaik, wakil pimpinan kedua perbaikan dan menjadi yang terbaik dalam pengelolaan anggaran keuangan dan wakil pimpinan ketiga perbaikan untuk kemajuan prestasi mahasiswa yang terbaik.
Kepala pimpinan perguruan tinggi ini mulai agak tenang setelah ada yang mewakilinya untuk perbaikan menjadi yang terbaik dengan semangat berapi-api yang sering di sembur-semburkannya kepada seluruh insan kampus dimana berada dan kapanpun.
Perbaikan menjadi yang terbaik dengan semangat berapi-api yang sering disembur-semburkannya mengenai tiga bidang yaitu pendidikan, pengelolaan anggaran dan, prestasi mahasiswa ia ambil dari buku berjudul "Nyala Api: Spirit Perbaikan Menjadi yang Terbaik Demi Kemajuan yang Tak Kunjung Padam" karya pendidik ternama Indonesia yang telah berhasil mulai dari nol kemudian membesarkan perguruan tinggi yang dipimpinnya sehingga terkenal unggul dan mampu bersaing di kancah nasional dan internasional.
Di buku itu dituliskan lima langkah agar perguruan tinggi menjadi yang terbaik bersumbu pada "Semangat perbaikan menjadi yang terbaik dengan semangat berapi-api." Ketika ia mengambil lima langkah itu maka diubah sesuaikan dengan keinginannya sebagai pimpinan tertinggi di kampus itu.
Langkah awal untuk menuju perbaikan perguruan tinggi yaitu sering-seringlah melakukan rapat. Maka oleh pimpinan perguruan tinggi ini bisa empat kali rapat dalam sehari dengan tiga wakil pimpinan kala ia sedang tidak keluar kota. Entah tak tahu hasilnya apa.
Langkah kedua, perbanyaklah simbol-simbol dan kata-kata berisikan perbaikan menjadi yang terbaik dengan semangat berapi-api. Maka di beberapa ruangan kantor tegak berdiri banner bertuliskan kata-kata semangat perbaikan dan dinding lokal perkuliahan pun tak luput.