Lihat ke Halaman Asli

Jamalludin Rahmat

TERVERIFIKASI

HA HU HUM

Teater sebagai Medium Perlawanan

Diperbarui: 12 Juni 2019   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keluarga koruptor ala Teater Koma (sumber dari kompas.com)

Entah. Jiwa saya bergetar selalu. Bulu kuduk meremang. Tiap kali menyaksikan pementasan teater atau drama.

Kala itu untuk sambut bulan bahasa  Himpunan Mahasiswa  Program Studi Bahasa Indonesia IAIN Curup adakan Semarak Bulan Bahasa dengan lomba drama dan musikalisasi puisi tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) se Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang di Aula Rektorat IAIN Curup.

Di beberapa sekolah setingkat SMA di Rejang Lebong, teater menjadi ekstra kurikuler. Rerata pelatihnya merupakan orang Rejang Lebong. Tujuannya menjadi wadah untuk siswa/murid mengembangkan bakat dan minat.

Berhala. Pementasan drama perdana mengawali lomba dari SMA 8 Rejang Lebong.

Berkisah sekelompok orang pensyirik penyembah gunung. Sang anak yang ikut kelompok musyrik bertentang dengan sang ibu (orang yang bertauhid).

Allah lah satu-satunya patut disembah bagi ibu. Mutlak pencipta. Dia pencipta gunung. Dia pencipta laut. Allah yang maha tunggal.

Tidak bagi si anak. Gunung perlu di sajen. Agar tak marah dan meletus. Hancurkan desa. Timbulkan korban jiwa.

Musyrik berhala gunung. Peristiwa sosial yang sampai saat ini masih terjadi. Di teater kan.

Teater sebagai medium perlawanan sosial merupakan cerminan apa yang terjadi di kehidupan masyarakat.

Kala Teater Muncul di Tanah Yunani

Mengutip versi wikipeda ketika menjelaskan teater. Kata teater sendiri berasal dari kata theatron () dari bahasa Yunani, yang berarti "tempat untuk menonton" merupakan istilah lain dari drama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline