Lihat ke Halaman Asli

Jamalludin Rahmat

TERVERIFIKASI

HA HU HUM

Pembantaian Buku

Diperbarui: 18 April 2019   03:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Illustrated by satuharapan.com)

Untuk memajalkan pemikiran sebuah bangsa dan tradisi intelektual tercerabut lalu layu dan meregang nyawa maka penjarakan ide-ide, bakar buku-buku, robohkan perpustakaan _     _

Ketika aksara ternyata memendam kuasa kenapa kita biarkan ia berkelana _M. Musthafa_

Peradaban Islam pernah capai masa jaya gemilang di abad 8-10 Masehi di masa Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, Irak. Di era kekhalifahan Abbasiyah ini berdiri dengan megah Baitul Hikmah (rumah kebijaksanaan) sebagai pusat ilmu pengetahuan dan pusat penterjemah. Isi di Baitul Hikmah ini ada observatorium, beribu koleksi buku dari berbagai ilmu, tempat berdiskusi.  

Berbagai ilmu pengetahuan seperti kedokteran, ilmu alam, seni, logika, matematika dari tanah Yunani Kuno, India, Iran, di terjemahkan ke dalam Bahasa Arab dan proses penterjemahan besar-besaran ini di masa Khalifah Al-Makmun sebabkan munculnya tiga ahli ilmu yaitu ilmuwan, filosof sekaligus ilmuwan dan teolog. Peradaban Islam pelanjut estafet peradaban Yunani Kuno.

Peran besar juga dimainkan oleh ilmuwan penganut agama Kristen Nestorian seperti Jurjis Bukhtisyu, Kristen Suriah bernama Qusta bin Luqa, penganut agama Yahudi dan orang yang baru masuk Islam (muallaf) dalam proses penterjemahan dari bahasa Yunani ke Siryani kemudian ke Bahasa Arab. Di masa itu umat Islam minim yang menguasai bahasa Yunani dan Siryani. Semangat keilmuan menghilangkan curiga berbasis keagamaan.      

Lalu terjadilah hal yang mengoyak hati para pencinta ilmu ketika Kota Baghdad, ibukota Irak di tahun 656 H/1258 M tenggelam di merahnya darah manusia dan hitamnya tinta buku. Mayat-mayat terpotong bergelimpangan di jalan-jalan kota dan ribuan buku-buku berserakan membuat sungai-sungai tersumbat. Hulagu Khan dan tentara Mongolia pelakunya. Manusia dan buku dibantai.

Manusia dan buku dibantai. Beberapa ratus tahun kemudian kejadian itu terulang lagi ketika Amerika Serikat dengan Presiden George W Bush Senior yang berdalih Saddam Hussein memiliki bom nuklir dengan memerintahkan tentaranya menyerang dan menghantam Irak dengan desing peluru dan bom via darat dan udara. Perpustakaan-perpustakaan dengan ribuan koleksi yang ada hancur lebur serta banyak nyawa rakyat Irak yang tak tahu apa-apa melayang gratis.

(Illustrated by kalidanastiti-space.blogspot.com)

Fitnah 'Pembantai' Ilmuwan 

Jalan para ilmuwan muslim penuh hadang dari para tukang fitnah, pendengki. Tersebutlah Ibnu Sina (370-428 H/980-1036 M) ketika perpustakaan istana Kutub Khana terbakar, ia dituduh membakarnya supaya orang lain tidak dapat menguasai ilmu-ilmu yang ada di perpustakaan itu. Cobaan lain yang dialaminya pernah dipenjara oleh putra Al-Syams Al-Dawlah karena kedengkian dan ketidaksenangan saja. Ia dapat meloloskan diri setelah beberapa bulan di penjara dan lari ke kota Isfahan.

Ibnu Sina Bapak Kedokteran dan Psikologi yang menguasai ilmu filsafat, kedokteran, psikologi. Di Eropa dikenal dengan nama "Avicenna." Semasa hidupnya, Ibnu Sina menghasilkan 276 buah karya berbentuk buku (risalah) dan dalam bentuk karangan ilmiah biasa (prosa) dan syair.

Kitab asy-Syifa yang terdiri 18 jilid, merupakan ensiklopedi besar tentang fisika, metafisika, matematika dan logika merupakan karya terpentingya yang hingga kini masih dibaca di perguruan tinggi di dunia. Kitab al-Qanun fi al-Tibb (ensiklopedi tentang kedokteran, yang menjadi pegangan wajib di universitas-universitas Eropa sampai abad ke 17).  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline