Lihat ke Halaman Asli

Jamalludin Rahmat

TERVERIFIKASI

HA HU HUM

Jalan Keabadian Hatta

Diperbarui: 14 April 2019   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wakil Presiden pertama RI Mohammad Hatta(Dok. Kompas/Istimewa)

Kejeniusan yang tidak dipergunakan untuk umum, menjadi perhiasan diri orang itu saja, umum tak mendapat hasil kecerdasannya itu sedikit juga_Muhammad Hatta_

Jiwa pergerakan bagi Bung Hatta seolah-olah serupa dengan agama_Haji Agus Salim_

Ketika itu Tuhan mengajarkan dan 'menanamkan' nama-nama benda di mulut Adam untuk menjawab protes dan keberatan para malaikat yang menyatakan "akankah Engkau (Tuhan) menciptakan orang yang merusak dan menumpahkan darah di permukaan bumi."

Pengajaran Tuhan tentang penyebutan nama-nama menyebabkan Adam tahu dan mampu menyebutkan nama-nama benda tersebut sedangkan malaikat tidak. Setelah itu Tuhan bertanya kepada para malaikat tentang 'protes' itu dan mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain yang Engkau ajarkan kepada kami." Dialog Tuhan dan malaikat ini diabadikan di Al-Qur'an Surat al-Baqarah ayat 30-32.

Pertanyaan dan pernyataan Tuhan kepada para malaikat merupakan pukulan telak yang menyebabkan mereka tersadar dengan cepat dan menyadari kekeliruannya bahkan menjawab "Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Berbilang usia bumi yang menjadi tempat tinggal Adam dengan melahirkan anak-anaknya maka mampulah mengenal manusia akan benda-benda disekitarnya dan mampu menyebutkannya. Ia menjadi bahasa yang berisi huruf dan kata-kata dapat berbentuk lisan, tulisan atau isyarat sebagai alat komunikasi.

Pengabadian kata-kata agar dibaca, diingat agar terpatri di otak dan di hati maka ada jalan tulis yang dipilih. Ada juga yang memilih jalan lisan atau jalan isyarat. Ketiga hal itu jadi pilihan masing-masing orang tergantung mana yang disukai dan juga mengikuti situasi masa dan waktu.

Kompas.id

Baca Tulis Sebagai Jalan Keabadian Hatta
Gerbang pertama kali yang dibuka untuk menulis adalah membaca. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Rerata tokoh-tokoh pahlawan nasional Indonesia yang telah wafat merupakan pembaca yang kuat dan gigih.

Mereka dengan tekun dan gigih mempreteli huruf per huruf, kata per kata, kalimat per kalimat dan paragraf per paragraf untuk mencari makna untuk dituliskan kembali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline