Lihat ke Halaman Asli

Jamalludin Rahmat

TERVERIFIKASI

HA HU HUM

Menakar Kecenderungan Puisi Indonesia (Peringati Hari Puisi Dunia)

Diperbarui: 21 Maret 2019   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Illustrated by Pixabay.com)

Boswell: Lalu, puisi itu apa, Tuan?

Johnson: Wah, Tuan, lebih mudah mengatakan apa bukan puisi. Kita semua tahu cahaya itu apa, tetapi menceritakan itu, tidak mudah.

_James Boswell_

Setiap tanggal 21 Maret diperingati hari Puisi Dunia yang ditetapkan UNESCO yang juga di bawah badan PBB mengakui bahwa puisi menempatkan kemanusiaan dan individu di manapun di dunia untuk dapat mengekspresikan perasaan, pertanyaan, dan tradisi dalam bentuk tertulis maupun terucap sebagai bagian dari komunikasi dan nilai budaya (Leya Cattleya, www.kompasiana.com 21/03/2019). Per jam bahkan hitung per menit puisi diciptakan manusia dari proses kreatif beralas rasa beralur logika.

Puisi yang dicipta bukan sekedar memberikan keterangan dan penjelasan kepada para pembaca tentang apa yang ingin disampaikan, tapi juga memperhitungkan keindahan bunyi, keharmonisan irama, kekayaan imaji, ketepatan simbol, kata-kata yang dirancang bangun dan lain sebagainya. (Acep Zamzam Noor, 2011: 21). Oleh para penyair bahasa yang dipakai bukan sekedar alat penyampai keterangan, tapi bahasa mesti memiliki kekuatan puitik.

Acep Zamzam Noor mengartikan puisi dengan seni merangkai kata-kata, seni menciptakan keajaiban dalam berbahasa. Pun kelebihan puisi bukan pada yang diungkapkan tapi bagaimana cara mengungkap.

Di tangan para penyair peristiwa yang tampak sederhana bagi orang lain maupun peristiwa besar ketika diungkap dengan bahasa membuat pembaca terpukau. Ini disebut dengan peristiwa puisi. Keterpukauan pembaca karena berhasilnya penyair memberikan bentuk kata yang tepat, indah, dan segar bagi peristiwa itu sehingga memberikan kesan sangat dalam bagi siapa pun yang membacanya.

(Illustrated by Pixabay.com)

(Illustrated by Pixabay.com)

Kecenderungan Puisi Indonesia

Penyair Indonesia cenderung menulis puisi lirik. Ungkapan pikiran dan perasaan dominan pada puisi lirik dan bersifat subyektif. Kelebihan puisi lirik ini ketika dibaca maka orang-orang tersebut dapat merasakan suasana batin dan perubahan-perubahan yang bersifat kejiwaan. Pun ada yang beranggapan jika puisi lirik merupakan gambaran yang jelas dari kepribadian seorang penyair.

Di lain sisi kelemahan puisi lirik yang mempergunakan imaji, simbol dan bahasa kias dan kekhasan gaya ungkap sulit dimengerti pembaca awam.
Untunglah tak semua puisi di Indonesia puisi lirik yang berkesan "berat", ada juga sebagian pengungkapannya dengan bahasa sederhana, imaji yang dipahami, dan penggambaran yang terang sehingga orang awam mengerti.

Pencapaian puitik sebuah karya puisi adalah suasana. Ini dimaknai dengan bahwa puisi yang baik memiliki kemampuan membuat pembaca hanyut terbawa suasana dan suasana itulah yang beri pengaruh pada pembaca. Tanda-tanda terhanyut suasana itu, perasaan tersentuh, hati tergetar dan bulu kuduk berdiri akan lebih bagus lagi jika muncul kesadaran berperilaku setelah membaca puisi tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline