Lihat ke Halaman Asli

Fakhriadi andhika

Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Evolusi Film yang Mengangkat Isu Sosial dari Film Sejarah "Kartini" hingga Film Khas Gen Z "Yuni", "Penyalin Cahaya", dan "Likes and Share"

Diperbarui: 18 September 2023   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : Imdb

Kalian sudah pasti familiar dengan film atau karakter yang Bernama "Kartini". Beliau merupakan pejuang wanita pada masa penjajahan di negeri kita tercinta yang kisahnya diangkat menjadi film layar lebar. Sutradara Hanung Bramantyo mengabadikan kisah-kisah perjuangan beliau ketika memperjuangkan hak-hak Perempuan pada masa itu dengan menyutradarai film dokumenter yang berjudul "Kartini".

Seiring berkembangnya waktu banyak penulis dan sutradara di Indonesia yang mengangkat isu-isu sosial untuk dijadikan sebuah film layar lebar dengan genre drama karena banyak diminati oleh penduduk +62 ini. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia melalui dataindonesia.id bahwasanya pada tahun 2020 genre drama berada diurutan nomor dua dengan genre film yang paling banyak ditonton oleh masyarakat Indonesia (Bayu, 2022).

Isu-isu sosial terutama feminism sangat menarik untuk diangkat para penulis dan sutradara sebagai referensi film-film mereka karena isu tersebut masih melekat pada masyarakat Indonesia. Film-film drama yang mengangkat isu sosial feminism dengan bumbu-bumbu romantis banyak digandrungi oleh gen z karena menurut data jakpat (jajak pendapat) yang dikutip dari Goodstats.id bahwasannya genre romantis dan drama berada diurutan ketiga dan keempat dengan genre yang yang disukai oleh gen z di Indonesia (Naurah, 2023). Oleh karena itu, banyak penulis dan sutradara di Indonesia mengangkat isu sosial feminism dengan ditaburkan unsur romantis untuk menarik banyak peminat dari kalangan gen z. Apalagi, kisah-kisah percintaan disekolah atau diperkuliahan yang lebih related pada kisah percintaan para gen z masa kini.

Sumber : Imdb

Film "Yuni" (2021) merupakan sebuah film yang disutradarai oleh Kamila Andini dengan mengangkat isu sosial feminism dan budaya patriarki pada masyarakat Indonesia dan dikemas dengan kisah percintaan karakter Yuni dan Yoga saat duduk dibangku SMA. Film ini menceritakan tentang bagaimana karakter Yuni memperjuangkan hak nya sebagai pelajar sekaligus Perempuan yang memiliki keputusan dan jalan hidupnya sendiri. Akan tetapi, tidak ada jalan yang mulus bahkan jalan tol saja memiliki kelok dan bolong serta batu-batu kecilnya sendiri. Begitu juga kehidupan yang dimiliki oleh Yuni, ia sempat terpaksa menikah muda hanya karena mitos yang terjadi didaerahnya "ketika seorang perempuan menolak lamaran pernikahan sebanyak tiga kali maka dia akan kesulitan mendapatkan jodoh". Ketika lamaran ketiga yang dimana ia dilamar oleh gurunya sendiri, ia merasa bimbang antara memilih untuk menjadi seorang istri atau dia memilih kuliahnya yang pada saat itu salah satu syaratnya ialah tidak boleh menikah.

 Ending pada film "Yuni" berakhir menggantung pasalnya hanya menunjukkan bahwa Yuni kabur dengan gaun ungunya dan banyak yang berasumsi antara Yuni kabur dan memilih hidup sebagai mahasiswa di kota lain atau Yuni kabur entah kemana dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena depresi. "Sang sutradara Kamila Andini mengajak para penontonnya untuk membebaskan diri kita, suara kita, pikiran kita, dan pilihan-pilihan kita"(khaerunnisa, 2021).

Sumber : Imdb

Film kedua yang menarik untuk dibahas adalah "Penyalin Cahaya" (2021) yang ditulis oleh Henricus Pria dan Wregas Bhanuteja. Film ini menceritakan tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh salah satu senior Bernama Rama di unit kegiatan mahasiswa secara diam-diam. Tidak ada korban yang berani mengungkapkan suaranya ketika mereka menjadi korban pelecehan seksual karena Rama memiliki kekuatan penguasa dari orang tuanya kecuali pemeran Suryani yang menjadi korban dan orang pertama yang berani mengungkapkan kejahatan pelecehan yang dilakukan oleh Rama dengan mengajak para korban pelecehan seksual untuk berbondong-bondong mengungkapkan kejahatan  yang Rama lakukan kepada para korbannya dan menjadi akhir dari cerita film "Penyalin Cahaya". isu sosial feminism yang ditunjukkan pada film "Penyalin Cahaya" terdapat pada bahwa perempuan selalu menjadi korban dan perempuan tidak mempunyai kekuatan untuk melawan laki-laki ketika laki-laki mempunyai kekuataan dan kekuasaan.

Pesan yang ingin disampaikan sang sutradara Wregas Bhanuteja pada film "Penyalin Cahaya" (2021) dikutip dari Kompas.com "tentu saja dari berbagai fenomena kekerasan di Indonesia. Banyak sekalu penyintas kekerasan seksual tidak mendapat ruang untuk berbicara dan mendapat keadilan" (Wrehas, dalam Mario & Aditia, 2021). Hal ini penting menjadi perhatian masyarakat Indonesia karena berdasarkan data dari kemdikbud.go.id bahwa "pada tahun rentan tahun 2015-2020, 27 persen kasus kekerasan seksual dilakukan di perguruan tinggi". (KEMENDIKBUDRISTEK, 2023). Dan oleh karena itu juga, dibuatnya Permendikbudristek Nomor. 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi.

sumber : Imdb

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline