Lihat ke Halaman Asli

Julfakar

Belum apa-apa dan bukan siapa-siapa

Seni Politik Jokowi

Diperbarui: 27 Desember 2020   15:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: cnnindonesia.com

Salah satu fungsi politik adalah untuk menyeimbangkan kepentingan-kepentingan manusia. Setiap orang memiliki kepentingannya masing-masing. Kerja-kerja politik dilakukan untuk menemukan titik keseimbangan, titik perjumpaan antar kepentingan-kepentingan manusia tersebut.

Tak boleh seseorang atau sebuah kelompok masyarakat (hanya) memenuhi dan mempedulikan kepentingan dirinya atau kelompoknya saja, dan mengorbankan kepentingan orang atau entitas lain dalam sebuah masyarakat. Untuk masyarakat yang stabil, keseimbangan antar kepentingan itu amat penting.

Benturan antara kepentingan-kepentingan ini tak dapat dihindari, yang abadi dalam politik adalah kepentingan. Tak perlu alergi soal itu. Entah kepentingan personal, entah kepentingan sosial, kepentingan menjadi produk transaksi dalam politik.

Jika memilih bergabung (segerbong), itu proses transaksi kepentingan telah disepakati, sebaliknya jika menolak bergabung, itu karena transaksi gagal disepakati. Sejauh apa kepentingan hajat hidup orang banyak (kepentingan sosial) diperjuangkan? Pertanyaan ini terus mencari jawabannya dalam realitas kehidupan politik kita.

Sehingga, dalam politik sebuah kewajaran jika hubungan antar politisi kadang nampak terlihat seperti teman sedari kecil (amat akrab), tetapi dalam kesempatan lain nampak terlihat bagai musuh. Disuatu waktu rivalitas politik antar mereka amat sengit, dilain waktu malah ikut membantu kerja dari rival-nya. Dalam politik tak ada musuh abadi, tak ada juga teman abadi, yang abadi hanya kepentingan.

Saya teringat sebuah prinsip dalam filsafat eksistensial (keberadaan) yang mengatakan "Apa yang nampak belum tentu ada, dan apa yang ada belum tentu menampak." Apa yang nampak terlihat, menyembunyikan sesuatu dalam ketakterlihatannya. Komunikasi antara para politisi yang tak terlihat publik, yang terjadi dibelakang layar, itu sesuatu yang ada, tetapi tak menampak dihadapan publik, tak terlihat oleh kita.

Prinsip diatas dapat kita gunakan untuk melihat fakta politik dengan ikut gabungnya Pak Sandi (Cawapres Prabowo 2019), setelah lebih dulu Pak Probowo ikut gabung dalam Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin Presiden Jokowi.

Kesediaan Pak Probowo maupun Pak Sandi ikut bergabung dalam kabinet Jokowi menurut saya hanya karena dua kemungkinan. Jika bukan karena kepentingannya yang sama, pasti karena kepentingannya (yang berbeda), tetapi dapat difasilitasi.

Presiden Jokowi dengan ikut mengajak gabung dan kesiapan para rivalnya sebelumnya untuk bergabung membantunya adalah seni menyeimbangkan kepentingan. Presiden Jokowi apik memainkannya hal ini. Ini juga menurut saya dapat menurunkan ketegangan antara pendukung kedua belah pihak dalam Pilpres 2019 lalu yang sangat mengkhawatirkan itu.[]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline