Dalam tulisan ini aku akan membagikan cerita bagaimana manfaat internet memberikan pertolongan pada Azmi yang menderita speech delay dan 3 aturan parenting penting yang orang tua kami terapkan. Kalau dibandingkan dengan diriku dulu, ibuku selalu bilang bahwa adiku ini telat ngomong. Orang rumah selalu menganggap ini hal sepele karena banyak dari anak lain juga mengalami hal yang serupa di tempat kami tinggal. Tetapi dari dulu aku selalu menyalahkan kondisi orang tuaku yang hanya bekerja seharian penuh sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama adiku. Dulu ketika aku kecil kami hidup di desa dan ketika kedua orang tuaku pergi bekerja otomatis nenek dan saudara menjaga, menimang serta menjagaku bahkan sering ngajak ngobrol walaupun bayinya gak ngerti apa -- apa juga. Dibandingkan dengan adiku, dia ditinggal dari pagi hingga sore hari sendiri dirumah bersama ART dan jarang diajak berbicara sedari kecil.
Kejadian ini terus terjadi hingga adiku memasuki usia 3 tahun. Kata -- kata yang bisa diucapkan sangat minim hanya seperti mama, abi, mimik, kemudian jarang sekali bisa menghafal kata benda dan lebih sering menunjuk; Sisanya dia hanya bisa merenggek apabila tidak dituruti keinginanya. Kami mulai khawatir dengan kemampuan berbicaranya sembari takut menduga -- duga berbagai alasan yang menjadi penyebabnya. Pada tahun 2013 internet belum semudah itu untuk diakses apalagi HP pada jaman itu hanya terbatas pada merk -- merk keluaran lama yang hanya digunakan untuk SMS dan telepon sedangkan akses internet masih menggunakan jaringan 2G dan 3G yang lambreta alias lambat. Kami sempat mendatangi sebuah dokter anak untuk melakukan konsultasi, tetapi hanya diarahkan untuk lebih sering mengajak ngobrol (sekali lagi permintaan yang sulit karena sangat jarang ada waktu kami bersama Azmi di rumah).
IndiHome dan masih dikenal sebagai Speedy by Telkom Indonesia. Sayangnya harga internet zaman dulu terbilang kebutuhan yang mahal sehingga kami belum mampu membeli layanan tersebut.
Untungnya ada kejadian unik terjadi ketika kami pergi untuk liburan keluarga bersama ke pantai Pangandaran, Azmi tiba -- tiba beriringan dengan musik mobil mengucap "suami sihen istri" atau suami sien istri (suami takut istri dalam bahasa sunda) lirik dari lagu susis yang dinyanyikan Sule yang sangat terkenal kala itu. Kami pun tertawa terbahak -- bahak sampai bapak sempat ngerem mendadak. Suatu hari ibuku yang waktu itu memiliki HP tercanggih diantara kami googling tentang perilaku azmi dan menemukan berbagai masalah orientasi parenting yang berbeda antara aku dan azmi dan memutuskan untuk belajar lebih lanjut. Setelahnya kami mulai menyadari bahwa jaman tuh sudah canggih dan anak tidak harus selalu perlu untuk ditemani agar bisa belajar dan internet bisa menjadi media yang bisa menggantikan peran orang tua di rumah. Tidak lama setelah itu orang tuaku membeli sebuah tablet murah untuk menemani Azmi belajar dan memilih Telkomsel sebagai internet providernya, alasanya simpel kami tinggal di bukit dan hanya Telkomsel lah yang menjangkau sinyal 3G sampai ke rumah kami. Zaman itupun belum ada yang namanyaLambat laun sejak kehadiran tablet tersebut azmi mulai mahir berbicara, bahkan dengan kata -- kata yang kami tidak pernah ucapkan sebelumnya bahkan terkadang ketauan bernyanyi lagu romansa "bertahan satu ciiiinta, bertahan satu c i n t a" karya d' Bagindas. Sering kali kami dibuat kaget pasalnya ketika mendengarkan lagu tersebut bersama jarang sekali azmi ikut bernyanyi, malahan ketika kami sengaja mengintip dia bermain tablet dia malah sering asik karaoke satu reff penuh sambil berjoget fals. Waktu berlalu dan Azmi pun mulai bisa mengoprasikan tablet tersebut secara mandiri, bahkan lebih jago daripada bapaknya. Kami kemudian semakin dapat merasakan bahwa manfaat internet ini seperti menyelamatkan Azmi dari kesibukan orang tua yang super sibuk per menyambung hidup dengan mencari nafkah dan saya sendiri sekolah dari pagi sampai sore.
Merasa tertolong dan terbantu dengan hadirnya internet tidak kemudian membuat kami semata -- mata buta akan potensi negatif yang bisa diberikan juga. Semenjak Azmi mulai lulus TK ibuku selalu khawatir dengan berbagai konten negatif dan efek negatif dari internet karena kala itu bisa dibilang Azmi lebih mahir mengakses internet dibanding kedua orangtuanya dan aku juga tidak bisa selalu mengawasi apa yang dia tonton. Dengan begitu kami sekeluarga menetapkan aturan sehat berinternet di rumah agar seluruh manfaat internet dapat dinikmati dan bagi orang tua dapat menirunya sebagai aturan dasar memantapkan internet sebagai media parenting di rumah.
1. Dilarang menyalakan internet ketika tidak ada orang tua dan hanya diperbolehkan mengakses game secara offline dan video yang sudah didownload sebelumnya
Masifnya konten di internet mengharuskan orang tua dan para wali untuk waspada akan konten yang tidak cocok untuk dikonsumsi anak -- anak. Adanya aturan untuk hanya menggunakan internet ketika ada orang tua meminimalisir hal tersebut, dan anak juga tidak akan merasa terlalu bosan sebab masih ada gim offline dan video maupun lagu yang tersedia (telah melalui proses penyaringan konten oleh orang dewasa).
2. Gawai hanya diberikan ketika jam 4 sore hingga jam 7 malam setiap harinya kecuali weekend dan hari libur.
Aturan ini menerapkan disipin terutama agar anak dapat mengontrol keinginan mereka selain itu juga memperkenalkan konsep hak dan kewajiban bagi anak. Hadirnya aturan ini membantu orang tua untuk menjaga ucapan dengan tidak memberikan janji yang memberatkan mereka dan juga membantu orang tua untuk mengingatkan tentang perlunya family time bersama keluarga.
3. Untuk setiap prestasi akademik dan non akademik setiap anak diperbolehkan untuk meminta gawai digunakan di hari biasa sebagai hadiah
Ketika anak mendapatkan sebuah prestasi, maka kehadiran hadiah dapat memotivasi anak untuk terus mendapatkan prestasi. Hal ini lumrah dikenal oleh masyarakat dalam berbagai topik yang melibatkan motivasi dan hadiah seperti halnya pengaruh hadiah terhadap motivasi belajar membantu anak dalam mengejar prestasi.