Lihat ke Halaman Asli

Fajrur RahmanWahabi

Mahasiswa/IAIN Palangka Raya

Apakah dengan Mencetak Uang yang Banyak Dapat Membuat Indonesia Sejahtera?

Diperbarui: 3 Juli 2023   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagaimana jadinya jika pemerintah mencetak uang sebanyak banyaknya lalu dibagikan ke rakyatnya dengan tujuan agar rakyat menjadi lebih sejahtera, bahkan dengan uang tersebut dapat digunakan untuk membayar utang negara ? dikutip dari detikfinance.com, tentu jawabnya tidak bisa, karena suatu negara tidak boleh sembarangan dalam mencetak uang dalam jumlah yang banyak, hal itu dapat menyebabkan nilai mata uang suatu negara akan menjadi tidak berharga.

Zimbabwe merupakan suatu negara yang menjadi contoh negara yang melakukan terlalu banyak peredaran uang sehingga memicu terjadinya hiperinflansi, karena pada saat itu di bawah pemerintahan presiden mugabe, ada kebijakan untuk melakukan pencetakan uang tanpa henti guna membiayai pemerintahannya, telah tercatat pada tahun 2007, kenaikan inflasi di zimbabwe mencapai 66,212%. Dalam kondisi tersebut, harga sebuah barang bisa naik berkali kali lipat dalam kurun waktu satu hari, dengan begitu sudah menjadi pemandangan biasa jika masyarakan zimbabwe harus membawa uang segepok gepok hanya untuk berbelanja, bahkan uang 100 miliar di zimbabwe hanya laku untuk membeli 3 butir telur.

Ada banyak dampaka negatif yang disebabkan oleh pencetakan uang dalam jumlah yang berlebihan, yaitu nilai suatu mata uang yang akan turun, jika banyak uang yang beredaran, tidak di ikuti dengan semakin banyaknya barang dipasar, maka hal tersebut akan membuat harga barang akan semakin mahal, sehingga barang tersebut akan langka dicari, hal tersebut membuat nilai mata uang yang sudah dicetak terlalu banyak, justru akan turun bahkan sampai tidak berharga.

Kemudian dampak yang selanjutnya ialah inflasi, inflasi adalah naiknya harga barang atau jasa, yang mengakibatkan daya beli uang menurun jika pemerintah terlalu banyak dalam mencetak uang maka harga suatu produk akan semakin cepat naik, maka dari itu peredaran jumlah uang dan barang yang beredaran haruslah seimbang, 

Lalu dampak yang selanjutnya adalah munculnya utang negara, besar jumlah uang yang di cetak, akan mempertimbangkan jumlah uang yang beredar di masyarakat, uang yang dicetak tersebut tidak ditopang komoditas, maka pertambahan aset pemerintah justru tidak punya apa apa untuk membayar utang, mencetak uang tidak boleh hanya untuk kebutuhan membayar utang negara saja, tetapi, uang juga menjadi sumber transaksi dan pembiayaan negara.

Menurut Ibnu Taimiyyah, jatuhnya suatu nilai mata uang disebabkan karena pencetaka uang yang terlalu banyak, beliau mengatakan bahwa otoritas pemerintah harus mencetak mata uang koin (emas maupun perak) sesuai dengan nilai transaksi yang adil dari penduduk, tanpa keterlibatan kezaliman di dalamnya, Ibnu Taimiyyah sangat menentang nilai mata uang ini. Krisis moneter yang terjadi karena inflasi yang terlalu tinggi, Inflasi tersebut terjadi .

karena peredaran mata uang yang tidak seimbang, yaitu dengan pencetakan mata uang fulus yang nilai nominalnya tidaklah seimbang dengan kandungan logam, sehingga jika dibelanjakan untuk membeli emas dan perak, maupun barang barang berharga lainnya, nilai mata uang tersebut akan menurun, dan pada akhirnya timbul inflasi. 

Kemudian beliau memberikan solusi pemikirannya terhadap krisis moneter tersebut dengan memperhatikan tiga hal berikut, yaitu mekanisme pasar yang stabil, lalu regulasi harga yang harus ditetapkan pemerintah secara adil, dan kebijakan moneter oleh pemerintah yaitu berupa pencatakan fulus harus di dasarkan pada keseimbangan volume fulus dengan memperhatikan proporsi jumlah transaksi yang terjadi, sehingga dapat terciptanya suatu harga yang adil. Kemudian terhadap uang yang telah beredar di masyarakat disarankan untuk tidak membatalkannya, bahkan Ibnu Taimiyah menyarankan untuk mencetak uang sesuai dengan nilai riilnya.

Menurut saya melakukan pencetakan uang secara berlebihan malah akan merugikan suatu negara, uang tidak lagi menjadi benda yang langka sebaliknya uang akan sangat mudah untuk di dapatkan, sehingga hal tersebut akan membuat harga barang barang akan menjadi naik dan inflasi akan terjadi, apada akhirnya nilai mata uang tersebut akan menjadi tidak bergua lagi. Singkatnya apabila suatu negara mencetak uang dengan jumlah yang banyak nilai mata uang tersebut menjadi tidak berguna, contohnya di zimbabwe telah tercatat pada tahun 2007, kenaikan inflasi di zimbabwe mencapai 66,212%. 

Dalam kondisi tersebut, harga sebuah barang bisa naik berkali kali lipat dalam kurun waktu satu hari, hal tersebut berdampak negatif pada suatu negara seperti, nilai suatu mata uang yang akan turun, inflasi, dan munculnya utang negara, Menurut Ibnu Taimiyyah, jatuhnya suatu nilai mata uang disebabkan karena pencetaka uang yang terlalu banyak, beliau mengatakan bahwa otoritas pemerintah harus mencetak mata uang koin (emas maupun perak) sesuai dengan nilai transaksi yang adil dari penduduk, tanpa keterlibatan kezaliman di dalamnya. Sekian dari saya mohon maaf apa bila ada salah kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline