Lihat ke Halaman Asli

Falsafah Kepemimpinan Jawa: Referensi Memilih Pemimpin di Pilpres 2019

Diperbarui: 11 Februari 2019   04:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : http://thefilosofi.blogspot.com

Kontestasi Pilpres 2019 kian hari semakin dekat dengan puncaknya. Dalam kontestasi kali ini memunculkan dua pasangan calon capres dan cawapres yaitu Jokowi -- Ma'ruf Amin dan Prabowo -- Sandi. Mengingat waktu yang semakin mepet kedua tim pemenangan sedang gencar - gencarnya melancarkan strategi guna memuluskan jalan pasangan capres cawapres yang mereka usung.

Setiap hari di harian media massa dan media sosial kita selalu disuguhi debat kedua tim pemenangan pasangan calon saling perang argument untuk menunjukkan bahwa capres-cawapres yang mereka usung ialah terbaik dan pantas untuk memimpin Indonesia lima tahun kedepan.

Namun, dari semua isu dan argument yang dilontarkan, kebanyakan hanya claim sepihak dari masing-masing tim pemenangan pasangan calon tanpa ada bukti konkret dan data yang obyektif. Padahal Presiden yang kita pilih nanti adalah seseorang yang akan memimpin kita menuju kehidupan yang lebih baik dan ditangannya lah nasib bangsa lima tahun kedepan dipertaruhkan.

Memilih presiden bukanlah sekedar persoalan mencoblos di bilik suara, namun lebih dari itu memilih presiden adalah proses memilih pemimpin ideal yang menentukan arah masa depan bangsa.

Menjadi pemimpin ideal tidaklah mudah, pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang memiliki kemampuan berpikir filosofis dan jiwa kepemimpinan yang baik.

Kepemimpinan sendiri menurut George Terry adalah kegiatan untuk memengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan sukarela dalam mencapai tujuan kelompok (Sri Wintaka Achmad, 2018: 17). Sampai saat ini telah berkembang banyak disiplin ilmu yang mengulas tentang kepemimpinan salah satunya adalah kepemimpinan menurut falsafah jawa.

Maka dari itu, kali ini saya akan membahas tentang falsafah kepemimpinan jawa sebagai referensi memilih pemimpin yang baik dan bisa juga digunakan sebagai rujukan untuk memilih presiden ideal di Pilpres 2019 nanti.

Falsafah kepemimpinan jawa adalah suatu pandangan filosofis seorang pemimpin yang ingin mewujudkan tujuan (cita-cita) bersama (pimpinan dan yang dipimpin) dengan berdasarkan kecintaannya pada kebijaksanaan dan senantiasa berorientasi pada prinsip-prinsip ke-Jawa-an (Sri Wintaka Achmad, 2018: 21).

Dari berbagai macam falsafah kepemimpinan jawa yang cukup populer adalah falsafah kepemimpinan jawa yang ada dalam Serat Sastra Gendhing yang merupakan gubahan dari Raden Mas Jatmika atau Raden Mas Rangsang yaitu raja Mataram keempat bergelar Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma.

Dalam Serat Sastra Gendhing dijelaskan perihal falsafah kepemimpinan Jawa yang diterapkan oleh Sultan Agung semalam melaksanakan tugas sebagai raja di kasultanan Mataram. Dalam menjalankan kepemimpinannya Sultan Agung berpedoman pada tujuh amanah utama.

Pertama, Swadana Maharjeng Tursita yang memiliki arti bahwa pemimpin harus berilmu atau berintelektual tinggi, jujur, serta mampu menjalin komunikasi dengan bawahan maupun rakyatnya berdasarkan prinsip-prinsip kemandirian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline