Gelaran pesta demokrasi telah berlangsung pada 17 april lalu. Masyarakat sudah menggunakan hak pilihnya Untuk memilih siapa yang akan memegang tampuk kepemimpinan Negara ini dalam 5 tahun ke depan. Hasil quick count pun sudah ditayangkan di media penyiaran tanah air. Fenomena saling klaim kemenanganpun sudah dilakukan oleh kedua pasangan presiden dan wakil presiden. Bapak Joko Widodo dan Bapak Kiai Haji Mahruf Amin sebagai pasangan urut 01 dan juga Bapak Prabowo Subianto dan Bapak Sandiaga Uno sebagai pasangan capres cawapres dengan urut 2.
Sebenarnya fenomena saling klaim ini tidak perlu terjadi. Karna akan menimbulkan gejolak-gejolak di masyarakat sampai perhitungan resmi selesai. Bahkan jikapun sudah diumumkan, tentunya bisa akan menimbulkan polemik dimana satu pihak ter menuduh salah satu pihak untuk berlaku curang. Berdasarkan hasil survey quick count beberapa lembaga survey menyatakan Pak Jokowi sebagi pemenang. Namun pihak pasangan 02 menyatakan bahwa perhitungan internal secara real count dimenangkan oleh pasangan 02.
Jadi siapa yang sebenarnya memenangkan pertarungan ini, 01 atau 02?
Pemilu kali ini yang menang masyarakat!
Yang harusnya mendeklarasikan kemenangkan adalah rakyat. Rakyatlah yang telah mememangkan pertarungan. Pertarungan untuk tidak berpartisipasi. Pertarungan untuk merem terhadap politik. Salah satu di antara elemen dan indikator yang paling mendasar dari keberhasilan dan kualitas pelaksanaan penyelenggaraan pemilu yang demokratis adalah adanya keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses berjalannya tahapan-tahapan pemilu, khususnya dalam hal pengawasan atau pemantauan proses pemilu.
Kesuksesan pemilu tahun ini sangat tinggi. Dari data yang diperoleh bahwa partisipasi pemilih mencapai 80.9 % dari 77% yang ditargetkan oleh KPU. Jumlah pemilih mencapai 190 juta yang memiliki hak pilih. Wow!
Didalam negeri target pemilu sudah mencapai ke desa-desa dan pelosok kecamatan. Merekapun mengalami peningkatan. Contohnya adalah Kecamatan di provinsi Riau yang menargetkan tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 di Kecamatan Rakit Kulim mencapai 75 persen dari jumlah pemilih, atau naik 10 persen dari angka partisipasi pemilu sebelumnya. Strategi yang dilakukan juga lebih banyak dengan pendekatan kultural untuk masyarakat di pedalaman.
Partisipasi pemilu juga tidak hanya di Indonesia namun juga diluar negeri. Sebagainya mana yang diberitakan suatu Portal berita terkait dengan pemilu luar negeri contohnya adalah pemilu di hongaria.target partisipasi pemilih yang ditetapkan oleh KPU sebesar 77,5% dan dapat dilihat bahwa di Hongaria partisipasi masyarakat pada pesta demokrasi kita sangat tinggi bahkan mendekati 95%.
Kenapa bisa meningkat?
Bnyak faktor yang membuat partisipasinya pemilih meningkat. Hal ini juga ditingkat oleh generasi milenial yang sudah memasuki usia kerja. Usia milenial juga sangat terinfluence oleh social media yang dimana mereka juga akan mengikuti trends dari para influence yang mereka ikuti. Fenomena instagram yang tak luput dai derasnya figure yang mengajak untuk tidak golput dan influencer yang mempengaruhi masyarakat meningkatkan partisipasi masyarat.
Pemerintah juga meningkatkan cakupan wilayah sosialisasi dan pberbagai pendekatan kepada masayarakat terutapa di daerah daerah terpencil. Baik dengan pendekatan kultural ataupun dengan memberikan edukasi secara langsung betapa pentingnya manfaat pemilu.