Aku yang memandangmu dengan cinta, kamu memandangku dengan usia.
Aku melukis masa depan dengan perasaan, sedang kamu menghitungnya dengan hari, bulan, dan tahun, sebuah perjalanan yang harus selaras dengan garis waktu.
Ada malam di mana aku berharap, kamu akan berhenti menghitung hari dan mulai merasakan keabadian yang aku tawarkan, keabadian dalam satu debar, satu sentuhan yang tak terikat oleh usia.
Mungkin bagimu, cinta harus dibangun dengan landasan yang kokoh, sedangkan aku hanya ingin melayang dengan rasa.
Di persimpangan ini, aku belajar bahwa mencintaimu adalah tentang menerima bahwa kita mungkin tak akan pernah berjalan dengan cara yang sama.
Tapi meskipun demikian, aku akan selalu memandangmu dengan cinta, meski kamu memilih memandangku dengan usia.
Penulis: Beju, Gorontalo (18/10/2024).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H