Lihat ke Halaman Asli

Fajrin Bilontalo

Mahasiswa Universitas Gorontalo

Aksarasa I: Awal dari Sebuah Rasa

Diperbarui: 19 Oktober 2024   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Malam itu, di bawah langit yang berhiaskan bintang-bintang, aku bertemu denganmu untuk pertama kalinya. Tidak ada yang istimewa pada pertemuan itu, setidaknya begitulah yang ingin ku percaya. Namun, entah mengapa, sejak saat itu ada sesuatu yang berubah. Ada percikan yang terasa, namun tak ku mengerti sepenuhnya. Sebuah perasaan yang samar, tapi terus membekas.

Kau hadir di kehidupanku tanpa tanda, seperti angin lembut yang tiba-tiba menyentuh kulit. Senyummu, caramu berbicara, seolah membawaku pada dunia yang tak pernah kukenal sebelumnya. Awalnya, aku pikir ini hanya ketertarikan sesaat, sesuatu yang wajar terjadi pada siapa saja. Namun, waktu terus berjalan, dan perasaan ini tak juga pudar. Malah semakin mendalam, semakin kuat.

Setiap pertemuan, setiap sapaan, meski singkat, seolah menjadi sumber kebahagiaan baru bagiku. Ada rasa hangat yang mengalir, seperti sinar matahari yang merambat perlahan setelah hujan. Dan ketika kau tak ada, ada yang hilang, ada kekosongan yang tak terjelaskan.

Aku mulai bertanya pada diriku sendiri. Apa yang sedang terjadi? Mengapa aku begitu sering memikirkan mu? Mengapa bayanganmu terus hadir di setiap sudut pikiranku? Tak ada jawaban yang pasti, hanya perasaan yang tumbuh dalam diam. Mungkin inilah yang disebut dengan awal dari sebuah rasa.

Setiap langkahmu di depanku seolah mengukir jejak dalam hati, jejak yang tak bisa ku hapus. Mungkin kau tak menyadarinya, mungkin pula kau hanya menganggap semua ini biasa saja. Namun bagiku, pertemuan kita telah mengubah segalanya, membawaku pada perasaan yang tak pernah ku rencanakan.

Aku tahu ini baru permulaan. Sebuah awal yang perlahan, tapi pasti, mulai menumbuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar rasa ingin tahu. Aku mencoba meyakinkan diri bahwa ini hanya sementara, bahwa semua ini tak akan bertahan lama. Tapi, semakin ku tepis, semakin nyata perasaan ini tumbuh di dalam hati ku.

Dan malam itu, di bawah langit yang tenang, aku menyadari sesuatu, aku telah memulai sebuah perjalanan tanpa akhir, perjalanan perasaan yang mungkin akan membawaku ke tempat yang tak terduga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline