Dalam sekejap, cahaya lembut jingga menghapus jejak langkahnya dari pandanganku. Ia hilang bersama angin sore, meninggalkan aroma kenangan yang terjebak di antara desir dedaunan yang bergoyang pelan. Setiap gerakannya, setiap ia titipkan di telingaku, kini menguap dalam kesunyian yang tak terelakkan.
Ada sesuatu yang hampa saat ia berjalan menjauh, diiringi warna langit yang kian redup. Aku tahu senja yang membawanya tak akan mengembalikannya, tak seperti malam yang selalu menggantikan siang.
Perempuan itu, dalam setiap senyum dan tatapannya yang tenang, kini menjadi bayang yang tak bisa ku genggam. Ia pergi bersama janji-janji yang tak sempat terucap, meninggalkan kata-kata yang tak lagi punya ruang untuk diterjemahkan.
Senja telah menutup tirai pertemuan, dan ia terseret dalam arus yang lebih kuat daripada rindu yang kubawa. Aku berdiri di batas cahaya dan kegelapan, menatap kosong pada perjalanannya yang kini tak lagi kembali. Entah ke mana senja akan mengantarkannya, tapi yang pasti, ia tak lagi di sini, di ruang yang dulu penuh oleh kehadirannya.
Penulis: Fajrin Bilontalo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H