Selain cinta, aku juga belajar tentang fisika; tentang jarak, waktu, dan kecepatan. Dalam hidup, jarak sering kali mengukur seberapa jauh kita bisa meraih mimpi, atau seberapa jauh hati bisa tersesat sebelum menemukan arah pulang.
Waktu mengajarkan ku bahwa semuanya tak bisa dikejar sekaligus; detik yang berlalu adalah kenangan yang tak bisa kembali, namun harapan masih ada di depan, menunggu dalam garis waktu yang terus maju.
Kecepatan? Ah, aku sadar bahwa bergerak terlalu cepat tak selalu berarti lebih baik. Ada momen-momen yang perlu dilambatkan, dirasakan, sebelum akhirnya berlalu. Begitu juga dengan cinta, tak semua harus tergesa-gesa. Kadang, yang lambat itulah yang paling abadi.
Jadi, saat aku belajar tentang fisika, sesungguhnya aku sedang belajar tentang hidup; tentang bagaimana cinta dan perjalanannya tidak jauh berbeda dengan rumus-rumus yang berusaha menjelaskan semesta. Semua berhubungan; saling tarik-menarik dalam harmoni yang misterius.
Penulis: Fajrin Bilontalo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H