Arab Saudi beberapa waktu menyatakan perang terhadap Yaman, khususnya kepada kelompok Hautshi yang telah menduduki dan merebut Yaman dari Presiden Manshur yang lari meminta perlindungan ke Saudi Arabia. Tidak tanggung-tanggung, Arab Saudi mengajak berkoalisi 9 Negara Arab lainnya untuk ikut memproklamirkan akan melancarkan serangan ke Yaman. Seakan hendak menggetarkan Para Pejuang Revolusi Yaman Arab Saudi mengumumkan itu dan benar memulai serangannya lewat laut dan udara. Tapi, negeri para Habib ini pun tak gentar dan siap melakukan perlawanan terhadap penyerang Arab Saudi dan koalisi negara arab lainnya.
Akan tetapi ada hal yang aneh dari penyerangan Arab Saudi dan Koalisinya ke Yaman. Tidak biasanya negara Arab melakukan penyerangan berkoalisis terhadap suatu negara. Sehingga ini bisa kita pastikan bahwa telah terjadi penyimpangan dan kesalahan besar atas penyerangan ini. Dan tentu ini bisa kita analisis dengan mudah mengapa Arab saudi dibawah pimpinan Raja Salman akhirnya berani menyatakan perang dan ingin merebut kembali Yaman untuk dikembalikan ke Presiden Manshur?
1. Kenyataan bahwa Arab Saudi dan 9 negara koalisinya selama ini tidak pernah melakukan perlawanan terhadap kezaliman yang benar nyata terjadi di kawasan Timur Tengah, yakni Palestina yang dikuasi oleh Israel sejak lama.
2. Arab Saudi dan Koalisinya menyerang Yaman secara bersama-sama (borongan) yang mana tak pernah diajarkan oleh islam melakukan hal demikian. Anehnya mereka menyebut itu sebagai bentuk dari proses melawan pemberontakan yang dilakukan kelompok Hautsi.
3. Penyerangan Arab Saudi dan Koalisinya diwacanakan sebagai perang mazhab antara Sunni dan Syiah. Padahal selama ini Arab Saudi membebaskan orang-orang yang bermazhab syiah datang berkunjung umrah dan menunaikan haji. Ini murni sebagai bentuk kekhawatiran Arab Saudi atas jatuhnya presiden boneka mereka, Manshur yang dilengserkan oleh pejuang revolusi Yaman.
4. Selama ini Yaman menjadi negara termiskin di Timur Tengah meskipun mereka menjadi kawasan penghasil minyak yang melimpah disana. Tapi, prwsidennya hanya dijadikan boneka oleh Arab Saudi dan antek-anteknya sebagai penghasil minyak. Sehingga masyarakat Yaman yang gerah melakukan perlawanan terhadap presiden Manshur dan menguasai Yaman.
5. Setanagn yang dilakukan oleh Arab Saudi dan Koalisinya melalui udara telah menewaskan amsyarakat sipil, kelompok perempuan dan anak-anak. Jatuhnya korban ini sama dengan apa yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina dimana takpeduli korban yang jatuh berasal dari anak-anak atau perempuan.
6. Arab Saudi untuk menarik simpati masyarakat muslim dunia agar memvenarkan penyerangannya itu melakukan pengumuman bahwa setelah Yaman berhasil mereka bebaskan maka selanjutnya adalah Palestina dan Suriah. Padahal nyatanya Arab Saudi memang tak pernah berniat membebaskan Palestina. Kalaupun ada pernah pernyataan dari Arab Saudi maka itu adalah ungkapan kehati-hatian untuk melihat persoalan itu. Padahal di Palestina jelas bukan lagi pemberontakan masyarakatnya terhadap Presidennya. Tapi merupakan bentuk penjajahan dari Israel yang sudah berlangsung sangat lama. Apa iya harus menunggu momentum bergejolaknya Yaman baru mau membantu Palestina?
Nalar-nalar di aats cukup jelas menggambarkan betapa anehnya serangan Arab Saudi dan sekutunya itu. Bukan peroslan mazhab atau pembebasan wilayah atas nama agama. Tapi persoalan kepentingan Arab Saudi yang telah kehilangan presiden bonekanya, Presiden Manshur Hadi.
Arab Saudi dan 9 Negara Arab lainnya adalah negara pengecut yang hanya bisa berani main borongan untuk menyerang Yaman. Sementara mereka tak pernah sedikitpun melakukan perlawanan untuk menyerang Israel dan membebaskan Palestina. Ini jelas kepenyingan elit kerajaan Saudi dan 9 Negara lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H