Budidaya ikan adalah salah satu aktivitas yang telah banyak dilakukan oleh masyarakat. Selain sebagai hobi, budidaya ikan juga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan (Sukadi, 2002). Namun, untuk melaksanakan budidaya ikan, diperlukan kolam yang cukup besar dan lahan yang luas. Masyarakat yang tidak memiliki lahan yang memadai tentu akan ragu untuk memulai usaha budidaya ikan. Oleh karena itu, alternatif budidaya ikan yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah dengan memanfaatkan lahan sempit melalui sistem akuaponik (Suryani dkk, 2020).
Sistem akuaponik adalah metode yang menggabungkan budidaya ikan (akuakultur) dan tanaman (hidroponik) dalam satu ekosistem yang saling menguntungkan dan menggunakan sirkulasi (Maharani & Sari, 2016). Dalam sistem ini, bakteri alami berperan dalam mengubah limbah dan sisa pakan ikan menjadi nutrisi bagi tanaman. Akuaponik memungkinkan tanaman dan ikan tumbuh bersama dengan mengintegrasikan keduanya untuk mencapai hasil yang optimal (Wibowo, 2021). Oleh karena itu, sistem akuaponik dapat dianggap sebagai sistem yang ramah lingkungan. Selain itu, dalam sistem ini, nutrisi hidroponik yang biasanya mahal dapat digantikan dengan kotoran ikan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman (Hapsari et al., 2020). Perawatan sistem akuaponik juga tergolong mudah (Nursandi, 2018).
Sistem akuaponik adalah solusi inovatif yang menggabungkan budidaya ikan dan tanaman dalam satu ekosistem yang saling menguntungkan, menawarkan efisiensi penggunaan lahan dan dampak lingkungan yang positif. Dengan memanfaatkan limbah ikan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, metode ini mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang berpotensi mencemari tanah dan air, sekaligus menghasilkan produk yang lebih sehat dan organik. Selain itu, akuaponik memungkinkan individu, terutama di daerah perkotaan dengan lahan terbatas, untuk terlibat dalam produksi pangan dengan cara yang berkelanjutan. Dengan perawatan yang relatif mudah dan potensi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya ketahanan pangan, akuaponik menjadi pilihan yang sangat relevan di era modern ini, meskipun tantangan dalam edukasi dan dukungan kebijakan tetap perlu diatasi untuk memastikan keberhasilannya.
Budidaya ikan dengan sistem akuaponik dapat dilakukan di lahan yang tidak terlalu luas (Puspitasari et al., 2020), bahkan bisa diterapkan di halaman rumah. Sebagian besar masyarakat masih memandang lahan sempit sebagai area yang tidak terpakai dan sering diabaikan. Namun, terdapat banyak peluang yang dapat dimanfaatkan dari lahan sempit tersebut. Lahan yang dianggap tidak berguna ini sebenarnya memiliki banyak manfaat yang bisa diperoleh.
Sistem akuaponik memiliki manfaat yang berbeda tergantung pada skala penerapannya. Dalam skala kecil, sistem ini dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga di lahan yang terbatas, sementara dalam skala besar, ia dapat berfungsi untuk memenuhi kebutuhan komersial. Akuaponik menekankan pemanfaatan sumber air dari budidaya ikan untuk memberikan nutrisi pada sayuran, karena air yang mengandung limbah dan sisa pakan ikan dapat menjadi sumber nutrisi bagi tanaman. Dengan demikian, sistem ini dapat menghemat ruang, air, dan biaya, serta menghasilkan produk yang lebih sehat dan organik.
Sistem akuaponik memiliki beberapa keunggulan dalam budidaya ikan. Salah satu keunggulan paling mencolok dari sistem akuaponik adalah efisiensi penggunaan lahan. Dalam sistem ini, ikan dan tanaman dapat dibudidayakan secara bersamaan dalam ruang yang terbatas. Hal ini sangat bermanfaat di daerah perkotaan di mana lahan pertanian semakin berkurang. Dengan memanfaatkan vertikal farming atau rak-rak bertingkat, petani dapat meningkatkan hasil panen tanpa memerlukan lahan yang luas.
Sistem akuaponik sangat ramah lingkungan. Dalam metode ini, limbah dari ikan digunakan sebagai pupuk alami untuk tanaman, sehingga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang dapat mencemari tanah dan air. Selain itu, sistem ini menggunakan sirkulasi air tertutup yang mengurangi penggunaan air hingga 90% dibandingkan dengan metode pertanian tradisional. Air yang digunakan dalam sistem ini dapat didaur ulang, sehingga meminimalkan limbah dan dampak negatif terhadap lingkungan.
Sistem akuaponik memungkinkan pemantauan kualitas air secara terus-menerus, yang sangat penting untuk kesehatan ikan. Dengan pengelolaan yang baik, tingkat kematian ikan dapat diminimalkan. Parameter seperti pH, suhu, dan kadar amonia dapat dikontrol dengan lebih mudah, sehingga menciptakan lingkungan yang optimal bagi ikan untuk tumbuh. Hal ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mengurangi kerugian yang sering terjadi dalam budidaya ikan tradisional.
Dalam sistem akuaponik, terdapat beberapa jenis ikan yang umum digunakan, antara lain ikan lele, nila, gurami, patin, dan ikan mas. Pemilihan jenis ikan ini dapat disesuaikan dengan preferensi dan selera masing-masing pembudidaya, sehingga mereka dapat memilih ikan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Dengan berbagai pilihan tersebut, pembudidaya memiliki fleksibilitas untuk mengoptimalkan hasil budidaya sesuai dengan kondisi dan pasar yang ada.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa sistem akuaponik menawarkan keunggulan signifikan dalam budidaya ikan, terutama dalam hal efisiensi penggunaan lahan dan dampak lingkungan yang positif. Dengan memadukan budidaya ikan dan tanaman dalam satu ekosistem, sistem ini memungkinkan pemanfaatan lahan sempit secara optimal, sehingga sangat cocok untuk diterapkan di daerah perkotaan. Selain itu, penggunaan limbah ikan sebagai pupuk alami mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan meminimalkan pencemaran. Sistem ini juga menghemat penggunaan air hingga 90% melalui sirkulasi tertutup, serta memungkinkan pemantauan kualitas air yang lebih baik untuk kesehatan ikan. Dengan fleksibilitas dalam pemilihan jenis ikan, akuaponik tidak hanya memenuhi kebutuhan rumah tangga, tetapi juga berpotensi untuk memenuhi permintaan komersial, menjadikannya alternatif yang berkelanjutan dan menguntungkan dalam dunia pertanian modern.