Lihat ke Halaman Asli

Fajriatussyafaah

Communication

Gawat di Pedukuhan Tekik Air sudah Punah

Diperbarui: 22 Agustus 2023   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Joglosemar. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com

Sejak puluhan tahun lamanya warga Pedukuhan Tekik, Kelurahan Ngloro Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunung kidul, DIY mengalami kemiskinan sumber air. Dengan posisi padukuhan yang memiliki tanah dominan mengandung batu kapur. air bersih menjadi barang pokok yang harus diperjuangkan setiap hari karena harus dibeli dengan tarif yang cukup mahal. Menurut Ketua RT 21 Pedukuhan Tekik, Sarwano (78 tahun) mengatakan, setiap hari harus mengais rupiah hanya demi air, dia harus membeli air dengan tarif Rp 150.000 untuk tangki berukuran 5000 liter air bersih.

"Air bersih susah sekali sehingga uang bekerja dominan untuk beli air, 500 liter perhari habis untuk segala aktivitas, memberi makan ternak juga termasuk'' ujar Sarwono saat ditemui kelompok KKN 111 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mengabdi di pedukuhan tekik di sela kunjungan kepada tokoh padukuhan setempat (19/6/2023).

Air bersih itu tidak hanya untuk kebutuhan masak dan mandi saja, namun untuk kebutuhan ternak sapi yang menjadi pekerjaan rata- rata warga Padukuhan Tekik. Sedangkan, untuk kebutuhan minum, dia membeli air minum kemasan galon dengan harga Rp 5.000 per galon.

Warga sama sekali tidak bisa mengandalkan air pada daerah karena ratusan kedalaman sumur masih sukar untuk keluar airnya, sehingga pada musim hujan sangat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan termasuk tanaman sumber bumi "Musim hujan sangat ditunggu untuk dimanfaatkan airnya buat tanaman buat nyuci pokoknya banyak manfaatnya kecuali untuk masak dan minum" ucapnya.

Selain itu menurut pemuda (30). Keluhan serupa diungkapkan warga lainnya, bahkan adanya PDAM air susah mengalir ke daerah padukuhan tekik dikarenakan permukaan tanah yang naik. "Air bersih susahnya minta ampun. Seminggu sekali beli air. Pakai airnya di hemat sekali, sebenarnya PDAM sudah ada tapi airnya tidak mau mengalir karena tanah dekat masjid itu naik,terpaksa beli air dengan tarif mahal" tutur Taruna.

Pemuda  pun mengatakan bahwa tidak bisa membuat sumur. Meski telah menggali hingga dalam, air tidak bisa keluar. Keluhan warga mengenai sulitnya air bersih sudah disampaikan kepada pemerintah setempat namun belum adanya solusi kecuali membeli air sejak puluhan tahun lalu.  Adanya keluhan tersebut kemudian menjadikan para anggota kelompok KKN Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta melirik dan mengusahakan agar masalah ini di lirik oleh masyarakat luar.  

Fajriatussyafa'ah mengatakan, kegiatan itu juga merupakan bagian dari program kerja  kelompok KKN 111 Pedukuhan Tekik tahun 2023. "Dengan cara mengunggah kabar ini ke khalayak luar, tentunya memiliki harapan besar agar pemerintah segera mencarikan solusi selain membeli air" ujarnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline