Lihat ke Halaman Asli

Mengadopsi Pola Komunikasi Generasi Z untuk Mengampanyekan Giat Berbahasa Indonesia

Diperbarui: 1 April 2022   10:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari. Tanpa adanya bahasa, kita tentu akan mengalami kendala untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana kita bisa mengirim dan menerima pesan jika kita tidak memiliki media bahasa? Orang akan kebingungan untuk memahami apa yang hendak kita sampaikan dan kita juga akan kebingungan untuk menelaah apa yang ingin mereka sampaikan kepada kita. Oleh sebab itu, bahasa menjadi salah satu faktor penting dalam kesuksesan komunikasi dan interaksi sosial.

Salah satu bahasa yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia tentu saja bahasa Indonesia. Bahasa ini telah ditetapkan menjadi bahasa nasional yang digunakan di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun menjadi bahasa nasional, hal ini tidak menghindarkan bahasa Indonesia dari ancaman bahasa lain yang menggerus eksistensinya. Coba kita amati, ada berapa bahasa daerah yang ada di Indonesia? Banyak sekali. Pusing kalau kamu menghitung dan mempelajarinya satu-satu. Tapi, menurut data yang dirilis oleh Badan Bahasa melalui laman web Kemendikbud, Indonesia memiliki 652 bahasa daerah di tahun 2018. Ini masih data lama loh, belum data yang mengalami pembaruan. Kalau kita lihat dari artikel berita yang dirilis oleh Kompas pada 29 Januari 2022, Indonesia punya 718 bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayah. Selain bahasa daerah, bahasa Indonesia juga mengalami ancaman dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Generasi masa kini lebih menyukai penggunaan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Banyak yang beranggapan jika bahasa Indonesia itu terlalu kaku, makanya generasi masa kini lebih suka berbahasa Inggris. Ini tentu jadi masalah kita bersama. Jika generasi masa kini semakin menjauh dari bahasa Indonesia, maka lambat laun bahasa Indonesia bisa semakin terancam eksistensinya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu ada solusi jitu yang harus diterapkan, salah satunya adalah dengan mengadopsi pola komunikasi generasi Z sebagai strategi mengampanyekan agenda giat berbahasa Indonesia. Di era serba digital ini, intensitas bermedia sosial di kalangan masyarakat mengalami peningkatan, terutama masyarakat dari generasi milenial, Y, dan dan Z. Tiga generasi ini mendominasi dunia media sosial. Namun, di antara tiga generasi tersebut, generasi Z memiliki pola komunikasi yang jauh lebih intens di media sosial. Hal ini tidak mengherankan karena generasi Z memang identik dengan literasi teknologi. Mereka bisa dengan mudah melakukan beragam aktivitas dalam satu waktu dan juga cenderung menyukai komunikasi secara maya melalui media sosial. Wijoyo dkk. (2020) bahkan menyatakan bahwa generasi Z adalah generasi yang memiliki karakteristik multitasking, fast switcher atau cepat berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, toleran, ekspresif, serta senang berbagi di media sosial.

Pola komunikasi generasi Z tersebut dapat diadopsi untuk dijadikan sebagai strategi mengampanyekan agenda giat berbahasa Indonesia. Kita, orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap upaya pelestarian bahasa Indonesia, bisa meniru pola komunikasi generasi Z yang cenderung ekspresif, senang berbagi, serta aktif menggunakan media sosial. Upaya adopsi pola komunikasi tersebut bisa diimplementasikan dengan sering membagikan konten-konten edukasi berbahasa Indonesia dengan desain yang menarik agar mereka merasa asik saat membacanya. Di dalam konten tersebut, kita bisa menerapkan pola komunikasi yang ekspresif, yakni menggunakan bahasa yang sesuai dengan karakteristik masyarakat pengguna media sosial. Kita bisa menggunakan bahasa Indonesia ragam nonformal, namun di waktu lain juga bisa kita selipkan bahasa Indonesia ragam baku.

Selain konten yang ekspresif, konten-konten bernada roleplay juga sangat digemari oleh masyarakat masa kini. Di sinilah kreativitas kita akan diuji. Seberapa besar kreativitas yang kita miliki untuk menyuguhkan konten edukasi giat berbahasa Indonesia dengan bahasa dan pola komunikasi kekinian akan memengaruhi besaran atensi yang akan diberikan oleh masyarakat. Konten yang edukatif namun dibalut dengan pola penyampaian yang kekinian memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan atensi masyarakat luas terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Poin paling pentingnya adalah "Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing". Jadi, kita harus mengutamakan berbahasa Indonesia, lalu melestarikan eksistensi bahasa daerah, kemudian baru menguasai bahasa asing. Jangan sampai terbalik! Yuk kita giat berbahasa Indonesia!

Salam

Kelompok 7

Berkah Sawaludin (211011201065)

Fajrianti (211011200888)

Rizki Islami (211011200841)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline