Bonek atau bondo nekat, mengingatkan kita akan suporter sebuah kesebelasan dari Surabaya atau Persebaya, yang terkadang tingkah laku dan tindak tanduknya selalu bikin suasana menjadi rusuh, tukang bikin onar, dan biang keladi dari semua kekacauan.
Tak urung jika Persebaya tampil di kandangnya (Stadion Gelora 10 November Surabaya) sendiri-pun banyak toko-toko disekitarnya memilih tidak beraktivitas alias tutup, supir angkot dan truk-pun memilih menghentikan kendaraannya dari jarahan para bonek, bahkan tidak peduli truk tentarapun pernah dibikin terguling olehnya (bonek mania).
(Truk milik Kodam V Brawijaya yang tengah terguling oleh ulah bonek)
Tetapi sesungguhnya BONEK mempunyai peranan penting dalam sejarah perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, tepatnya 10 November yang tiap tahunnya kita peringati menjadi hari pahlawan.
Surabaya, Surabaya, oh Surabaya, kota kenangan, kota kenangan, takkan terlupa, disanalah-disanalah di Surabaya, kami berjuang bertaruh nyawa.
Ya, disanalah, disebuah Jembatan yang saat ini dikenal dengan sebutan Jembatan Merah, karena banyaknya tetesan darah yang membasahi tanah ibunya dari para pejuang yang tengah berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan ini.
Walau hanya berbekal nekad (bonek) dengan senjata apa adanya (bambu runcing) melawan tentara Sekutu yang menyerang dengan membabi buta lewat darat, laut, dan udara, karena tewasnya sang Jendral Mallaby.
Dengan perjuangan tidak mengenal menyerah, perjuangan tanpa pamrih, dan semangat Merdeka atau Mati,akhirnya para pejuang bisa membebaskan rakyat dari belenggu penjajah, dengan ditandai perobekan bendera Belanda di hotel Yamato, sekarang hotel Mandarin oriental Majapahit.
(Perobekan bendera Belanda oleh Para Pejuang, Arek-arek Suroboyo)
Pidato Bung Tomo (aktor dibalik aksi pertempuran 10 November 1945, Surabaya,pejuang tanpa pamrih) yang membakar semangat arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan.
Bismillahirrahmanirrahim … Merdeka !!!
-
Saoedara-saoedara ra’jat djelata di seloeroeh Indonesia, teroetama, saoedara-saoedara pendoedoek kota Soerabaja. Kita semoeanja telah mengetahoei bahwa hari ini tentara Inggris telah menjebarkan pamflet-pamflet jang memberikan soeatoe antjaman kepada kita semoea. Kita diwadjibkan oentoek dalam waktoe jang mereka tentoekan, menjerahkan sendjata-sendjata jang kita reboet dari tentara Djepang.
-
Mereka telah minta supaja kita datang pada mereka itoe dengan mengangkat tangan. Mereka telah minta supaja kita semoea datang kepada mereka itoe dengan membawa bendera poetih tanda menjerah kepada mereka.
-
Saoedara-saoedara, didalam pertempoeran-pertempoeran jang lampaoe, kita sekalian telah menundjukkan bahwa ra’jat Indonesia di Soerabaja, pemoeda-pemoeda jang berasal dari Maloekoe, pemoeda-pemoeda jang berasal dari Soelawesi, pemoeda-pemoeda jang berasal dari Poelaoe Bali, pemoeda-pemoeda jang berasal dari Kalimantan, pemoeda-pemoeda dari seloeroeh Soematera, pemoeda Atjeh, pemoeda Tapanoeli & seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini, didalam pasoekan-pasoekan mereka masing-masing dengan pasoekan-pasoekan ra’jat jang dibentuk di kampoeng-kampoeng, telah menoenjoekkan satoe pertahanan jang tidak bisa didjebol, telah menoenjoekkan satoe kekoeatan sehingga mereka itoe terdjepit di mana-mana.
-
Hanja karena taktik jang litjik daripada mereka itoe, saoedara-saoedara dengan mendatangkan presiden & pemimpin-pemimpin lainnja ke Soerabaja ini, maka kita toendoek oentoek menghentikan pertempoeran. Tetapi pada masa itoe mereka telah memperkoeat diri, dan setelah koeat sekarang inilah keadaannja.
-
Saoedara-saoedara, kita semuanja, kita bangsa Indonesia jang ada di Soerabaja ini akan menerima tantangan tentara Inggris ini. Dan kalaoe pimpinan tentara Inggris jang ada di Soerabaja ingin mendengarkan djawaban ra’jat Indonesia, ingin mendengarkan djawaban seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini. Dengarkanlah ini hai tentara Inggris, ini djawaban ra’jat Soerabaja, ini djawaban pemoeda Indonesia kepada kaoe sekalian.
-
Hai tentara Inggris ! -
Kaoe menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera poetih takloek kepadamoe, menjuruh kita mengangkat tangan datang kepadamoe, kaoe menjoeroeh kita membawa sendjata-sendjata jang kita rampas dari Djepang oentoek diserahkan kepadamoe.
-
Toentoetan itoe walaoepoen kita tahoe bahwa kaoe sekalian akan mengantjam kita oentoek menggempoer kita dengan seloeroeh kekoeatan jang ada. Tetapi inilah djawaban kita: Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah & putih, maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga!
-
Saoedara-saoedara ra’jat Soerabaja, siaplah keadaan genting tetapi saja peringatkan sekali lagi, djangan moelai menembak, baroe kalaoe kita ditembak, maka kita akan ganti menjerang mereka itu.
-
Kita toendjoekkan bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka. Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka. Sembojan kita tetap: MERDEKA atau MATI.
-
Dan kita jakin, saoedara-saoedara, pada akhirnja pastilah kemenangan akan djatuh ke tangan kita sebab Allah selaloe berada di pihak jang benar, pertjajalah saoedara-saoedara, Toehan akan melindungi kita sekalian
-
Allahu Akbar..! Allahu Akbar..! Allahu Akbar…! MERDEKA!!!
-
(Pidato Bung Tomo: kiriman email dari Bambang Isriyanto)
Ini adalah sebagai bukti sejarah bahwa tidak semuanya bonek (bondo nekat) tersebut berarti jelek. Seharusnya kita bangga dengan para bonek (pejuang) kita, yang telah mempertahankan kemerdekaan (kedaulatan) negara Indonesia tercinta ini.
Kesimpulannya : bahwa dalam menjalani kehidupan ini, kita harus memiliki sebuah tekad (nekad) yang baik sebagai modal untuk mencapai suatu kesuksesan.
Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 65, Merdeka, Merdeka, Merdeka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H