Ingat Luis Manuel Blanco ? ya, mungkin dia satu-satunya pelatih di dunia ini yang sudah dipecat sebelum timnya melakukan satupun pertandingan Internasional. Alasannya sangat simple pola latihan fisiknya tidak sesuai kalau tidak mau dibilang sangat berat bagi sebagian punggawa timnas. Loh ko bisa? bukannya latihan fisik itu salah satu komponen penting untuk menghasilkan timnas yang tangguh. Apakah mereka tidak pernah dilatih fisik sebelumnya di klubnya masing-masing atau memang mereka sudah menganggap fisik mereka sudah bagus untuk bermain selama 90 menit. Seperti sudah kita ketahui nasib LMB sekarang tidak jelas dan sekarang Tim Nas Senior sudah mempunyai pelatih baru yang sudah tidak asing lagi yaitu Jakson Tiago yang notabene Pelatih Persipura. 'Pemecatan' LMB pun tidak jelas alasannya dan sampai sekarang LMB masih menempuh jalur hukum mengenai kasusnya. Terlepas dari itu semua yang patut disayangkan adalah sikap sebagian pemain yang mayoritas adalah pemain senior yang seharusnya menjadi contoh para pemain muda, seharusnya mereka memberikan teladan kepada juniornya terlepas siapapun pelatihnya mereka harus tetap menghargai dan menghormati sang pelatih, jika memang keberatan ada baiknya dibicarakan baik-baik dan dicari jalan keluarnya bukan serta merta mogok main lalu mengadu ke induk organisasi. Ini bisa terjadi mungkin juga ketidak jelian PSSI untuk memilih sosok pelatih Tim Nasional jangan dikarenakan dari negara yang prestasi sepakbola bagus langsung serta merta diangkat jadi pelatih Tim Nas, lihat dulu track record nya apakah layak untuk melatih Tim Nas atau tidak, akibatnya para pemain menjadi kurang respect dan berani menentang bahkan sampai mogok latihan, mungkin karena track recordnya yang biasa saja. Belajar dari kasus tersebut mungkin ada baiknya Induk Organisasi dalam hal ini harus mulai berani mengambil langkah maju bukan jalan di tempat atau bahkan langkah mundur dalam hal penunjukan sosok pelatih Tim Nasional. Mungkin tulisan saya ini agak sedikit muluk-muluk tapi saya rasa harapan saya ini juga mungkin mewakili harapan sebagian besar bangsa Indonesia demi melihat Tim Nasionalnya berprestasi lebih bukan hanya di kawasan regional asia tenggara saja bahkan bisa di segani di kawasan asia saja akan sangat membanggakan. Ya sosok pelatih yang sudah punya nama besar yang sangat dibutuhkan Tim Nasional Indonesia saat ini banyak pilihan yang mungkin bisa kita jejaki, ada Roberto Mancini yang masih nganggur, mungkin Fabio Capelo yang sudah menyatakan ingin pensiun setelah piala dunia bisa kita rayu untuk menunda keputusan pensiunnya, Sir Alex Ferguson mungkin juga bisa kita dekati untuk mau lagi teriak-teriak di pinggir lapangan satu lagi Marcello Lippi yang sudah dekat dengan sepakbola asia. Mengapa kita butuh sosok-sosok seperti mereka ? Seperti kita ketahui kelemahan dari bangsa kita (maaf bukan bermaksud menjelekan) adalah masalah disiplin sudah menjadi rahasia umum di semua aspek kehidupan bangsa ini masalah disiplin sulit sekali ditegakkan demikian juga para pemain kita apalagi yang sudah beranjak ke jenjang senior. Sedikit bocoran dari penulis, waktu penulis masih bekerja di sebuah hotel yang sudah menjadi langganan Tim Nas menginap hampir tiap malam penulis melihat sebagian punggawa Tim Nas tanpa sepengetahuan pelatih keluyuran malam-malam bahkan pada saat kita memiliki pelatih sekelas Alfred Ridle. Dengan adanya sosok pelatih seperti mereka maka mereka pastinya akan menerapkan disiplin tingkat tinggi mulai dari waktu tidur, pola makan, latihan dll. Seperti kebanyakan orang-orang eropa tidak ada kata toleransi buat mereka disiplin akan di tempatkan pada nomor satu sebagus apapun skill pemain tanpa disiplin akan langsung di coret. Bukan hanya itu saja sosok pelatih yang berkelas tidak akan mudah dintervensi oleh kepentingan kelompok pemilihan pemain berdasarkan penampilan di klubnya masing-masing dan menjadi hak prerogatif pelatih. dan merekapun sudah memiliki role model atau standar kepelatihan yang baku. Disamping itu dengan nama-nama besar tersebut akan membuat para pemain segan dan tidak akan berani mereka melakukan tindakan yang menentang pelatih seperti yang terjadi pada kasus LMB mereka akan menerima apapun pola latihan yang diberikan walau seberat apapun itu. Tanpa mengurangi rasa hormat penulis pada pelatih timnas saat ini, janganlah hanya berkutat atau berputar-putar dengan nama-nama lokal saja atau pelatih asing yang sudah lama tinggal di Indonesia atau pelatih asing yang banyak melatih di kawasan asia tenggara saja karena jika kita masih berkutat di lingkaran itu saja ya pastinya prestasi kita pun hanya di seputaran itu saja disamping itu juga pelatih lokal kita masih terlalu bersikap permisif atas kesalahan yang dibuat para pemainnya. Kita ambil contoh apakah pernah sebuah negara asia tenggara berbicara banyak di ajang yang lebih tinggi diatas regionalnya alias AFF bahkan dikala negara tersebut berstatus juara AFF jawabannya tidak sama sekali, mengapa ? Menurut pengamatan penulis ini disebabkan negara-negara AFF kurang berani membuat gebrakan dalam hal penunjukkan pelatih, mereka hanya berani membayar pelatih-pelatih sekelas pelatih divisi 3 atau paling bagus divisi 2 negara-negara yang sudah maju sepakbolanya beda dengan negara-negara asia timur dan barat, memang tidak bisa dipungkiri faktor dana yang tidak sedikit membuat mereka dan kita juga berfikir 2 kali untuk mengontrak pelatih-pelatih bernama besar. Ini menjadi tugas induk organisasi masing-masing untuk mencari sponsor, toh banyak ko pengusaha kita yang sangat cinta sepakbola contoh ET yang ingin mengakuisisi Inter Milan. Tulisan ini hanya sekedar opini saya mudah-mudahan bisa turut andil dalam memajukan sepakbola Indonesia. Maju Terus Garudaku, Jaya Terus Indonesiaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H