Lihat ke Halaman Asli

Mimpi (Gempa Bumi, Liwa 15 Februari 1994)

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dini hari itu disebuah kabupaten Lampung Barat tepatnya di Liwa gempa bumi terjadi dan mengguncang dengan kekuatan 6,5 SR, pusat gempa Sesar Semangko, Samudra Hindia.

******

….Sengaja aku datang ke kotamu, Lama nian tidak bertemu
ingin diriku mengulang kembali, berjalan-jalan bagai tahun lalu.
….

… Walau diriku kini telah berdua, dirimu pun tiada berbeda.
Namun kenangan sepanjang jalan itu, tak mungkin lepas dari ingatanku

“To sedang apa kamu? Percuma saja kamu terus mengingat orang yang mungkin sudah mempunyai kehidupan dengan orang lain, sudahlah lupakan To”, Ujang yang tahu benar bahwa temannya itu dahulu pernah memadu cinta dengan seorang perempuan, tetapi orang tua perempuan itu melarang untuk berhubungan dengan Toto yang hanya anak seorang petani desa dan kini entah kemana perginya, tanpa kabar; dan membuat Toto sampai sekarang berharap datang sebuah keajaiban, perempuan itu hadir kedalam harinya.

Toto hanya terdiam saja, terus memutar lagu yang menurutnya istimewa itu, temannya Ujang kembali berkata,

“Kamu itu mengharapkan apa? Hanya harapan kosong yang kamu harapkan itu To, sudahlah harapkan Mira saja yang sudah pasti!”,

kali ini Toto angkat bicara,

“Aku hanya mendengarkan lagu saja Jang, tidak bermaksud untuk mengenang atau mengharapkan sesuatu apapun, untuk masalah Mira aku juga sedang bingung memikirkanya”, Toto membalas sambil terus berpura-pura menyembunyikan bahwa memang benar yang dikatakan Ujang bahwa dia sedang mengingat Nina.

alah kamu itu alasan saja, sampai kapan mau terus sepertiitu?”,

kembali Toto tidak membalas, hanya diam sembari melanjutkan memutar ulang lagu kenangannya bersama Nina dan sebuah kenangan indah tentang Nina yang sedang diputar dalam otaknya.

******

Ketika itu Nina membawakan sebuah kotak bungkusan berisi nasi kuning yang sengaja dibawakan untuk Toto yang memang Nina sudah berjanji hari lalunya untuk membawakan nasi kuning dan kaset tape album Tetty Kadi milik ibunya karena Nina ingin sekali Toto mendengarkan lagu Sepanjang Jalan Kenangan agar dia juga suka pada lagu itu dan pernah sekali waktu Toto yang meminjam dengan sangat alot untuk mengendarai motor binter mercy, milik pamanya yangmemang dapat dibilang seorang kaya dan pelit didesanya untuk sekedar pergi berjalan-jalan dan menonton wayang golek dengan Nina, ketetangga desa yang sedang ada pemilihan kepala desa dan bertepatan dengan liburan cawu III atau kenaikan kelas yang Toto dan Nina waktu itu kelas 2 SMA akan naik kekelas 3, namun itulah mengapa Toto masih mengingatnya karena itu adalah terakhir dia dapat pergi dengan Nina yang sesudah nonton wayang Ninamemberitahukan akan pindah kota, 3 hari mendatang, yah setelah berakhir liburan, mendengar itu perjalanan pulang mereka berdua tidak ada obrolan yang berarti, mereka hanya diam satu sama lain saling memendam sesuatu.

Sesuai yang dikatakan Nina, 3 hari kemudian atau bertepatan dengan berakhirnya liburan itu, Nina pamit kepada Toto untuk pergi, saat itu Toto lebih memilih untuk tidak terlalu lama-lama bertemu dengan Nina dan hanya memberikan sebuah kotak hijau dengan hiasan pita merah dipinggir kanan atas bersimbol hati, kemudian Toto setelah itu hanya terdiam saja, Nina pergi, tetapi sebelum pergi meninggalkan Toto sendirian disebuah bangku dekat kantor karang taruna karena orang tua Nina yang melarang untuk bertemu Toto, menggenggam jemari Toto dan berkata, “Aku akan kembali lagi To, aku sangat mencintaimu”, dia tetap diam. Kini hanya Toto sendirian terduduk dibangku dengan ditemani angin bayangan Nina yang semakin jauh, senja datang cahayanya sungguh menyakitkan mata sehingga matanya basah dan mulai turun bulir-bulir tanda kesedihan dari kedua matanya, berkali-kali mencoba mengusapaknya agar tidak ada lagi, tetap saja keluar hingga datang malam ditemani sang bulan yang bertugas untuk menggantikan matahari menerangi isi bumi, tapi tidak untuk hati Toto karena kini hatinya akan gelap dan terus senantiasa gelap karena mataharinya telah pergi.

*******

Malam itu suhu disebuah pedesaan Ciamis lebih dingin dari malam-malam sebelumnya, Toto dan Ujang yang malam itu mendapatkan jadwal malam itu untuk menjaga pos kamling agaknya sedikit merapatkan sarung agar badan mereka hangat, lagu “Sepanjang Jalan Kenangan” pun tak henti-hentinya diputar malam itu oleh Toto melalui sebuah tape recorder yang sudah sangat tidak dapat dibilang layak untuk memutar kaset tape yang terkadang berhenti tanpa alasan, entah itu karena tombol pause atau eject yang lebih parah.

Dua gelas kopi hitam menemani malam mereka berdua berjaga yang diberikan warga untuk dua orang warganya yang ditugaskan berjaga malam karena beberapa minggu ini banyak warga yang kehilangan barang berharga, tak lupa beberapa cemilan ringan untuk sekedar menghilangkan kantuk.

***

Malam bertambah larut, kabut pekat mulai tampak di dataran tinggi Ciamis dini hari itu, embun pun tak mau kalah mulai berjatuhan menyentuh permukaan tanah; dan sebuah jam dinding dipos berukurang 50X70 menunjukan pukul 00.23, terdengar sebuah panggilan misterius, memanggil,

“To, Toto Rahman, bangun bangun..”,

Toto masih dengan mata yang sedikit kabur pandanganya karena sebelumnya dia terlelap hanya sebentar, siapa itu pikirnya membangunkan tidur, setengah sadar Toto kembali memfokuskan pandanganya, perempuan bergaun merah maron, berambut ikal dengan hidung yang mancung untuk ukuran tulang pipi kebawah; dan bau parfume yang sedikit terlalu menyengat,

“To, ini aku Nina, apakah kau masih mengingatku? Ini teman SMA mu, ya Nina Nirmala”,

Toto masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya itu, itu adalah perempuan yang pernah membuat harinya lebih indah dan sangat dicarinya, tapi tak pernah diketemukanya sejak saat kenaikan kelas 3 SMA; dan sebelum kantuk sempat menyerang, dia sempat mengingat setiap kenangan bersamanya dengan mendengarkan lagu kenangan itu dahulu, lalu tiba-tiba dini hari ini dia berdiri didepan mata, ini hanya mimpi gumamnya dalam hati, dengan mencoba mengusap matanya karena takut-takut hanya bayangan belaka karena malam ini Toto memikirkanya tanpa henti dan melihat kesamping mencari Ujang, melihat kearah Ujang, Ujang pun sudah tidak ada entah kemana perginya, kembali Toto memandang sosok perempuan itu, ini bukan mimpi, ini nyata, tidak ada yang berubah dari Nina yang dahulu dikenalnya, masih sama terlihat manis dengan lesung dipipi sebelah kanannya, Toto memulai,

“Nina? Apa aku ini salah melihat atau sedang bermimpi?, Toto meyakinkan lawan bicaranya,

“Iya To ini aku, Nina”, Nina duduk disampingnya,

“Kamu sedang apa disini?”, Tanya Toto dengan muka yang penuh keheranan dan masih setengah tidak percaya dengan kedatangan sesosok perempuan yang telah lama tak ditemuinya.

“Aku mencarimu To, aku ingin menemuimu; dan memberikan ini”,

Nina menjulurkan sebuah benda yang tidak asing dimata Toto, adalah jerami berbentuk seorang laki-laki berbadan tegap berbaju sobekan kain berwarna biru dan jahitan tak beraturan berukuran pas genggaman tangan seorang perempuan, terlihat sekali bahwa jerami itu sudah tersimpan lama tetapi masih terawat. Toto ingat itu adalah boneka jerami yang diberikannya untuk Nina dengan bungkusan warna hijau, ketika perempuan itu pamit hendak pergi dan tidak terlihat untuk waktu yang sangat lama, sampai dini hari ini datang didepannya.

“Kamu masih menyimpanya? Kemana saja kamu selama beberapa tahun ini? Aku kira, aku tak akan bisa menemuimu lagi”, pertanyaan yang sangat wajar untuk seseorang yang ditinggalkan tanpa kabar apapun.

“Iya To aku masih menyimpannya dan tak akan membuang ini. Aku sudah bilang padamu aku hanya ikut Mama dan Papa saja pindah ke Medan, di Liwa Lampung Barat. Aku sudah berjanji kepadamu untuk kembali lagi To, aku tidak mungkin mengingkarinya”.

Keduanya memandang boneka jerami itu dengan sesekali Toto memandang muka Nina, Nina hanya diam dan sorot matanya terlihat memancarkan sebuah kesedihan yang sangat mendalam entah apa itu Toto tidak dapat menebaknya.

“Aku merindukanmu”, beberapa kata yang sangat mewakilkan perasaan Toto untuk Nina yang begitu saja keluar dari mulut Toto.

Nina hanya terdiam, tidak memberikan tanggapan apapun, Toto kembali bicara tetapi dengan nada yang cukup tinggi berbeda dari yang sebelumnya, “Apa kamu juga merindukanku Nina! Jawab aku”,

“Aku merindukanmu To, Aku juga merindukanmu!”,

air mata Nina tidak dapat terbendung lagi, mulai terlihat dipipinya butir-butir bening dari kedua matanya terjatuh, suaranya bergetar. Toto terdiam, dia hanya menundukan muka tidak berani untuk memandang Nina yang kini melihatnya. Suasana mereka berdua berubah menjadi lebih dingin tak sehangat pertama.

“To, lupakan aku. Aku harus pergi lagi dan mungkin ini terakhir kita dapat bertemu, jangan harapkan aku berlebihan”.

Toto tidak dapat berbicara lagi. Nina beranjak dari samping Toto yang masih saja terpaku, Nina terlihat mulai menjauh, Toto ikutberanjak dan mulai sedikit berlari mengejar Nina dengan tangan kirinya masih tergenggam boneka jerami penuh kenangan itu.

“Jangan pergi lagi Nin”,

langkah Nina terkejar, Toto meraih tangan Nina, menggenggam jemarinya seakan tidak ingin terlepas darinya sendiri.

“Aku harus pergi To, lepaskan aku!”.

Melihat Nina yang seperti itu, Toto luluh, Toto melepaskan tangannya.Nina kembali berlari dalam kegelapan kabut dini hari Ciamis itu, Toto yang tadinya tidak berniat untuk mengejar Nina, kini mulai mengejar Nina kembali, tapi Nina menghilang, seakan tidak percaya Toto terus mencari dan mencari, sebuah pohon berakar besar menyandung kakinya hingga terjatuh terjerembab…

***

“To bangun, bangun sudah hampir subuh, malu nanti dilihat warga yang mau pergi shalat subuh”, Ujang membangunkan Toto dengan sedikit menguncang tubuh Toto karena dari tadi dibangunkan Toto tidak ada tanda-tanda akan bangun.

Kumandang adzan subuh dan suara langkah kaki warga yang mulai ramai melakukan aktifitas di pagi hari mulai terdengar, tanah yang masih dipenuhi oleh embun-embun sisa semalam dan kabut dini hari yang menyelimuti daerah Ciamis seakan tidak ingin hilang begitu saja masih ingin terus menyelimuti daerah yang memang dapat dibilang dataran tinggi itu.

Setelah beberapa kali lagi Ujang mengguncang badan Toto, akhirnya bangun juga Toto dari tidurnya, setengah sadar Toto masih ingat bahwa dini hari tadi dia bertemu dengan Nina dan sempat berbincang, “Oh ya Nina pergi dan aku terjatuh”, pikir Toto, yah itu adalah mimpi, melihat kedalam tangannya, Toto seperti tidak percaya bahwa ada boneka jerami yang diberikan untuk Nina dan dini hari itu Nina memberikannya kembali, Toto bingung memikirkannya,

“Jang, kamu melihat Nina tidak dan dimana kamu sekitar pukul 02.00?”

“Ah, kamu itu To bermimpi, makanya jangan terlalu meningat sesuatu sebelum tidur dan yang sudah tidak lagi dapat diharapkan, aku tidak kemana-mana, kamu yang tertidur pulas dan aku mematikan tape recorder yang terus berbunyi itu”, Ujang berbicara sambil melipat sarung dan membersihkan bekas cemilan tadi malam,

Toto hanya diam, sengaja tidak menceritakan kepada Ujang karena memang mungkin kejadian malam itu hanya mimpi belaka, sembari terus mengengam erat dan memandangi boneka jerami itu Toto terus mengingat kembali apa yang dibicarakannya dengan Nina dan memikirkan kemana perginya Nina sampai harus berkata untuk tidak lagi mengaharapkan lagi dirinya.

***

Suasana pasar di pagi hari cukup ramai, menurut Toto ini pertanda baik karena memang beberapa pekan ini warung buburayam miliknya sepi, hari ini Toto menyempatkan untuk mengontrol warungnya itu karena memang hari ini tidak ada kerjaan yang cukup banyak disawah warisan milik orang tuanya, hanya membersihkan hama keong saja dan memang hari itu warung buburnya cukup ramai. Yah, masih dengan diiringi tanda tanya besar, apa yang terjadi itu dengan Nina mimpi atau memang kenyataan? Toto masih memikirkannya. Hari sudah cukup siang pikirnya dan dia juga merasa ngantuk karena menjaga pos ronda membuatnya tidur lumanyan larut, Toto memutuskan untuk pulang, diperjalan pulang Toto memilih untuk sengaja mampir ke warung nasi SIMARASA, itu adalah warung nasi milik Mira perempuan yang kerap kali dijodohkan oleh teman-temannya untuk menjadi istrinya nanti dan memang benar apa yang dikatakan teman-temanya itu. Sesampainya diwarung milik Mira, ada beberapa ibu-ibu yang sedang membeli lauk untuk makan siangnya, Toto disambut hangat oleh ibu Mira yang sedang melayani ibu-ibu itu,

“Eh Toto, masuk saja, itu Mira didalam sedang membantu menggoreng tempe”, memang sudah akrab Toto dengan ibu Mira,

“Iya bu, saya tunggu disini saja”, Toto berkata sembari mengambil tempat duduk yang dekat dengan para pelanggan ibu Mira karena Toto sedikit penasaran apa yang diobrolkan oleh mereka, sepertinya menarik,

“Iya ibu Dina itu loh yang tadi pagi banyak keluar diberita di teve-teve, gempa bumi di Lampung, kayaknya kalau tidak salah di Lampung Barat, cukup besar juga kekuatan gempa itu bu, 65SR”, salah satu ibu berbadan besar dengan riasan agak menor mengganti topik menjadi tentang gempa bumi,

“Bagaimana katanya bu keadaan sampai sekarang?”, tanya salah satu ibu-ibu itu,

Toto berpikir, sepertinya dia pernah mendengar tentang Lampung Barat, tapi itu dimana, dia terus mengingatnya. Iya itu adalah kota yang tadi pagi dibicarakan oleh Nina dalam mimpinya setelah meningatnya, sempat tersentak juga Toto mendengar ibu-ibu itu berbicara setelah ingat itu adalah kota dimana Nina tinggal,

“Ibu, sampaikan saja pada Mira kalau tadi aku datang kesini sampaikan juga kalau nanti saja dibicarakan lagi masalah undangannya akan seperti apa, nanti malam aku kesini lagi, aku harus pergi bu ada sedikit keperluan, tadi sempat lupa”, ucap Toto dengan terburu-buru untuk bergegas tanpa mendengarkan balasan yang diucapkan ibu Mira, kerumah dahulu Nina yang sekarang dihuni oleh Bibinya dengan suaminya dan tidak suka kepada Toto, karena berkali-kali Toto menanyakan kemana Nina pindah sewaktu dia sudah lulus SMA, tetapi tidak pernah menjawab dan memberitahunkannya, tapi hari ini dengan penuh keyakinan bahwa Toto akan mendapatkan jawaban dimana Nina tinggal dan juga menjawab mengenai mimpinya itu yang Nina katakan pindah ke Medan, di Liwa Lampung Barat apakah benar karena Toto juga mendengar bahwa terjadi bencana gempa bumi dikota yang dikatakan oleh Nina pagi tadi dalam mimpinya atau apa itu, baru diketahuinya di warung nasi dengan mendengarkan obrolan ibu-ibu langganan warung nasi Nina.

Dengan sedikit berlari Toto bergegas, memang tidak jauh untuk sampai dirumah dahulu Nina. Setelah sampai didepan rumahnya Toto melihat Bibi Nina dengan suaminya yang terlihat menuntun anaknya diringi oleh beberapa orang lelaki yang tidak dikenalnya, mengangkut beberapa koper, dan terlihat sebuah mobil pengangkut barang didepan beranda rumah. Toto mendekatinya, dengan sedikit ragu tapi penuh keyakinan, Toto berkata kepada Bibi Nina yang sudah sangat dekat,

“Ibu Sinah, aku ingin bertanya mengenai Nina apakah benar dia tinggal di Liwa Lampung Barat? Tolong jawab kali ini saja, aku tadi malam bermimpi bertemu dengan Nina, Bu”, Toto berkata dengan memelas dan mengharap jawaban pasti dari salah satu keluarga Nina yang hanya nenek itu yang dia ketahui.

Ibu sinah, Bibi Nina menghampiri Toto dan memegang pundaknya seraya berkata dengan mengalirkan air mata dari kedua matanya yang bengkak seperti baru saja berhenti mengeluarkan air mata dan sekrang sepertinya akan kembali mengeluarkan air mata,

“Iya memang disana mereka tinggal, Ayah dan Ibu Nina telat untuk keluar rumah ketika gempa datang”, berkatanya dengan diringi tangisan pilu karena kakaknya, yah ayah dari Nina telah mendahului dia untuk pergi kedalam kematian,

Toto sempat tidak dapat menjawab, peluh keluar deras dari tubuhnya, tenggorokonya kering. Mencoba berkata dengan masih diiringi sebuah keterkejutan yang luar biasa,

“Lalu bagaimana keadaan disana Bu? Apakah Nina menjadi korban gempa bumi juga?”, Toto berusaha keras untuk menutupi air mata yang mulai terlihat dimata Toto dengan sedikit bergetar suaranya, tidak salah jika Toto berpikir demikian karena kedua orang tua Nina juga menjadi korban bencana itu, yah, gempa bumi dengan kekuatan 6,5SR dan menewaskan banyak jiwa.

***

Pulang dengan tangan yang tidak lagi dapat untuk leluasa bergerak dengan bebas, hatinya terpuruk, kian berjalan matanya juga kian semakin kabur bahwa ini berharap mimpi bukan sebuah kenyataan karena sungguh sangat tidak menyenangakan, memilukan, rasanya tidak pernah mengalami hari seburuk ini semenjak merasakan bertemu untuk terakhir. Sesekali terlihat dadanya tertarik keatas untuk menarik napas panjang, berharap dengan seperti itu semua akan membaik, terus mengulangnya hingga beberapa kali. Cahaya senja selalu saja dapat membuat matanya basah, mengalir deras keluar air kesedihan tapi senja kali ini tampak berbeda karena akan tidak ada lagi senja yang membuatnya mengalirkankan air mata lagi, dia telah pergi untuk selamanya kedalam keabadian penuh kedamaian.

******

13 Desember 1994, terdengar alunan instrument khas sunda, degung dari sebuah sudut dataran tinggi Ciamis, bau kepul asap daging opor, sambal goreng dan berbagai masakan khas pernikahan adat Sunda. Pagi itu semua tersenyum bahagia, matahari pagi juga ikut tersenyum dari langit dan seakan tidak ingin pergi untuk memberikan langit agar menjadi tetap cerah tidak ingin terjadinya hujan yang tidak diharapakan dalam saat-saat bahagia itu.

Do’a terucap dari setiap yang datang untuk menyaksikan sebuah janji yang akan terucap untuk selamanya. Gapura sebuah desa dengan janur kuning yang dihias semirip mungkin menjadi sebuah lentera dan tertulis tergantung dengan warna cerah diatas karton,




Toto Rahman

&

Mira Setiawati

Mohon Do'a dan Restu

*********

Catatan: Gempa adalah kejadian nyata, berdasarkan laporan hampir semua bangunan permanen di Liwa rata dengan tanah. Tak kurang dari 196 jiwa dari beberapa desa dan kecamatan di Lampung Barat tewas, sementara jumlah korban yang terluka hampir mencapai 2000 orang. Rata-rata mereka tewas dan terluka karena tertimpa reruntuhan bangunan.

Berdasarkan informasi, jumlah penduduk yang kehilangan tempat tinggal hampir mencapai 75 ribu. Dampak gempa pun masih terasa sampai 40 kilometer dari ibu kota Kabupaten Lampung Barat tersebut.

Sumber berita: Wikipedia.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline