Harum kulitmu kurasakan, harum tangan yg pernah menjadi milik ragaku.
Seikat mawar
pernah kau bawa kedalam
hidupku, indah kukenang.
Terang wajahmu
dikala lampu aku padamkan,
desahan lembut
Malam ini dikesepian Kota ini, aku berharap, kau berada disebelahku.
Akan aku,
Cengkram, tindih,
Dan gulingkan kau dikasur ini.
Pastinya akan terdengar, desah mesramu,
memanggil namaku, dengan nafas yang tersengal tak bernada.
Ragamu indahmu,
lekukan disetiap bagian indahnya,
ku raba, nafasmu kian naik, tanpa sedetikpun turun,
menderu-deru, menggairahkan, nafasku tak dapat berhenti hanya untuk istirahat saja.
Tanganmu lembut,
Meraba setiap jengkal ragaku,
sampailah pada punggung bagian kiriku, kau raba,
aku tak dapat bernafas, naik, naik dan terus naik, gairahku memuncak,
aku semakin tak terkendali.
Kau cium,
setiap jengkal mukaku,
mataku, hidungku, dan tanganku mulai kau tuntun,
menuju semua bagian terindahmu, aku mengikutinya
dengan birahi yang sudah meletus tak terkendali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H