Lihat ke Halaman Asli

Fajar setiono

copywriter

Persahabatan di Ujung Jalan

Diperbarui: 11 Oktober 2024   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

**Judul: Persahabatan di Ujung Jalan**

Sudah sepuluh tahun aku dan Reza bersahabat. Kami berbagi segalanya---dari tawa, duka, hingga mimpi-mimpi masa depan yang entah akan jadi apa. Reza, si pria ceria dengan selera humor yang selalu berhasil bikin orang ketawa, dan aku, Bayu, si pendiam yang lebih suka mengamati dari jauh. Hubungan kami erat, seperti saudara.

Semuanya berubah saat Clara muncul. Perempuan itu tiba-tiba hadir di antara kami, entah bagaimana mulainya, tapi kehadirannya jelas mengubah dinamika persahabatan kami. Clara sering nongkrong bareng, ngobrol, bahkan ikut main basket dengan kami sesekali. Namun, entah kenapa aku mulai merasa ada yang aneh.

Suatu hari, Clara dengan wajah penuh malu-malu mengaku padaku, "Bayu, aku suka sama Reza."

Deg. Hatiku mendadak terasa berat. Bukannya aku juga punya perasaan ke Clara, tapi mendengar hal itu tetap saja membuat dadaku sesak. Kenapa harus Reza? Sahabatku sendiri? Aku tak tahu kenapa, tapi bagian dari diriku tidak bisa menerima kenyataan itu.

Aku coba tersenyum, meski rasanya kaku. "Oh, ya? Udah bilang ke dia?"

Clara menggeleng. "Belum... aku nggak tahu gimana caranya."

Aku hanya mengangguk. Clara mungkin tidak sadar, tapi aku tahu betul Reza. Dia bukan tipe yang serius kalau urusan perasaan. Tak jarang aku melihat dia bermain-main dengan hati perempuan. Dan Clara, jelas bukan perempuan yang layak disakiti.

Malam itu aku merasa tidak enak. Di satu sisi, aku tak mau Clara terluka karena sikap Reza yang seenaknya. Di sisi lain, aku juga merasa tersingkir dari persahabatan ini. Entah kenapa, aku merasa kalau Reza menyadari perasaan Clara, persahabatan kami tidak akan sama lagi.

Beberapa hari berlalu, aku perhatikan Clara semakin mendekati Reza. Namun, Reza seperti biasa, tak menyadari atau tak peduli. Dan aku? Aku semakin jengkel. Sampai akhirnya, di suatu sore, aku tak bisa menahan diri lagi.

"Kau tahu Clara suka sama kamu, kan?" tanyaku langsung saat kami duduk di kafe langganan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline