Lihat ke Halaman Asli

Fajar setiono

copywriter

Cinta yang Salah, Tapi Tetap Indah

Diperbarui: 30 September 2024   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dini duduk di tepi jendela kamarnya, memandang hujan yang perlahan jatuh ke bumi. Hatinya terasa berat. Dua orang yang ia cintai, dua hati yang ia sayangi, tapi keduanya salah. Bukan mereka yang seharusnya menjadi tempat hatinya berlabuh.

Pertama ada Raka, sahabatnya sejak kecil. Mereka tumbuh bersama, saling mengerti tanpa perlu bicara. Semua orang menyangka mereka akan menjadi pasangan, tapi Dini tahu ada yang tidak beres. Raka adalah tempat yang aman, tapi tak ada gairah, tak ada getaran cinta yang semestinya. Dan yang kedua, ada Dani, lelaki yang datang tiba-tiba dalam hidupnya. Dani penuh kejutan, tapi juga penuh misteri. Dini mencintai spontanitasnya, tetapi semakin dekat, semakin terasa ada sesuatu yang disembunyikan.

"Apa aku salah?" gumam Dini pada dirinya sendiri. Hujan semakin deras. Perasaan ini begitu rumit. Ia mencintai dua orang yang salah. Raka baik dan selalu ada, tapi hatinya kosong. Dani penuh tantangan, namun dia terlalu sulit dipahami, seolah ada tembok yang memisahkan.

Di tengah kebimbangannya, sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Dini.

"Raka kecelakaan. Segera ke rumah sakit." Pesan dari seorang teman. Dini tersentak. Tanpa pikir panjang, ia berlari menuju mobilnya, melaju di bawah hujan menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan, bayang-bayang Raka muncul. Dia tak pernah benar-benar merasakan cinta yang utuh untuk Raka, tapi tetap saja, pikiran kehilangannya membuat hatinya hancur.

Sesampainya di rumah sakit, Dini langsung disambut wajah-wajah tegang. Raka terbaring di ranjang ICU, dengan napas yang tersengal-sengal. Kondisinya kritis. Raka memandang Dini dengan mata sayu, lalu tersenyum lemah.

"Dini...," katanya pelan.

Air mata Dini tak tertahan. "Raka, jangan tinggalkan aku."

Raka tersenyum lagi, kali ini lebih lemah. "Aku tahu kamu nggak mencintaiku seperti aku mencintaimu. Dan nggak apa-apa. Yang penting aku bisa menjaga kamu selama ini."

Tangis Dini pecah. Semua perasaan yang selama ini dipendamnya tumpah. "Aku sayang kamu, Raka. Jangan pergi."

Tapi nyawa Raka tidak tertolong. Beberapa menit kemudian, suara detak jantung di monitor terhenti, menandai kepergian Raka untuk selamanya. Ia pergi dengan damai, meninggalkan kesedihan yang mendalam di hati Dini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline