Jember - Virus Covid-19 merupakan suatu masalah besar yang dihadapi oleh seluruh masyarakat Indonesia. Terlebih lagi, saat ini virus tersebut telah berevolusi menjadi varian delta yang memiliki tingkat penularan sangat tinggi. Pemerintah telah berusaha semaksimal mungkin dalam mengatasi penularan dari virus ini seperti salah satunya yaitu menerapkan kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).
Salah satu tujuan utama dari PPKM adalah untuk meminimalisir penularan virus Covid-19. Namun, kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatannya membuat penularan virus Covid-19 ini tetap tinggi. Oleh karena itu, Universitas Jember dalam hal ini turut membantu untuk mengurangi dampak dari Covid-19 ini dengan melaksanakan KKN BTV 3 (Kuliah Kerja Nyata Back To Village 3) yaitu KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa secara mandiri pada desa tempat mahasiswa berasal dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Desa tempat penulis melaksanakan KKN yaitu pada Desa Sukowono yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember. Lebih spesifiknya lagi adalah pada Perumahan Pinus Raya, Dusun Potok Barat, Desa Sukowono yang merupakan tempat asal dari penulis dan sasaran. Pada daerah tersebut, setelah penulis melakukan pengamatan, survei, dan pencarian informasi, didapatkan bahwa kesadaran warga sekitar masih minim dalam menjaga kesehatan, seperti jarang menggunakan masker dan kurang tertib dalam menjaga jarak. Selain itu, fasilitas kesehatan pada daerah tersebut seperti wastafel untuk tempat cuci tangan maupun hand sanitizer masih sangat minim.
Pada Perumahan Pinus Raya, Dusun Potok Barat, Desa Sukowono ini memiliki potensi dalam hal sumber daya alam yaitu banyaknya pohon mangga yang terdapat hampir disetiap depan rumah warga. Namun, potensi dari pohon mangga ini masih belum dimanfaatkan dengan maksimal. Sebagian besar warga hanya memanfaatkan buahnya untuk dikonsumsi, sedangkan daunnya hanya dibiarkan berguguran dan tidak dimanfaatkan.
Padahal daun mangga memiliki berbagai macam manfaat untuk kesehatan seperti kandungan flavonoid, polifenol, tanin, dan alkaloidnya yang dapat berfungsi sebagai antimikroba (Ningsih dkk., 2019). Kurang dimanfaatkannya daun mangga ini mungkin dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai potensi daun mangga tersebut. Hal tersebut memacu penulis untuk memberikan sosialisasi kepada warga sekitar tentang efikasi dari daun mangga serta membimbing warga untuk membuat hand sanitizer dari daun mangga untuk melindungi tubuh bagian luar dari mikroba.
Proses pembuatan hand sanitizer dari daun mangga ini bisa dibilang cukup mudah. Langkah pertama yaitu membuat simplisia daun mangga dengan cara menjemur daun mangga sampai kering (sekitar 1-3 hari) kemudian dipotong kecil-kecil dan dihaluskan menggunakan blender. Kemudian dilanjutkan dengan proses ekstraksi daun mangga yaitu dengan cara memasukkan 10 gram daun mangga yang telah dihaluskan dengan blender kedalam 100 ml air yang telah memiliki suhu 80-90 derajat celsius.
Setelah itu 60 menit, pisahkan air dengan serbuk menggunakan saringan. Langkah selanjutnya adalah memasukkan hasil ekstraksi daun mangga tersebut sebanyak 10 ml, perasan jeruk nipis 5 ml, dan etanol 70% sebanyak 90 ml kedalam mangkok. Diaduk sampai homogen dan dimasukkan kedalam kemasan hand sanitizer.
“Ternyata daun mangga bisa diolah menjadi hand sanitizer ya, dan juga proses pembuatannya juga gampang.” ujar Ibu Susi salah satu warga perumahan pinus raya. Dengan hand sanitizer daun mangga ini diharapkan warga perumahan pinus raya dapat lebih menjaga kesehatannya dengan menggunakan hand sanitizer ini. Selain itu, juga dapat mengurangi limbah daun mangga dengan mengolahnya menjadi produk yang bernilai seperti hand sanitizer daun mangga ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H