Lihat ke Halaman Asli

Kedok Muallaf (1): Semoga Ini Bukan Prasangka Buruk

Diperbarui: 29 Juni 2015   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Barusan selepas salat tarawih, temanku menceritakan kejadiannya tadi pagi. Ia bercerita katanya ada seorang yang mengaku mualaf menemuinya di Masjid, umurnya sekitar 28th dan postur tubuhnya pun terlihat kurus. kebetulan temanku ini memang menjadi Imam tetap di masjid tersebut. 

Beralasan baru masuk Islam sekitar tiga bulan lalu, ia menceritakan kisahnya ke temanku itu. Akunya dia itu punya segala yang dimiliki oleh orang kaya raya kebanyakan. Fasilitas yang serba mewah selalu memanjakannya tiap hari. Karena kepindahan keyakinannya tersebut akhirnya semua fasilitas dicabut oleh orang tuanya karena tidak setuju akan kepindahannya.

Dia pun mengaku punya keluarga yang kaya, neneknya di Batam. Dia berencana menemuinya di sana tapi ongkosnya tidak cukup. Neneknya memaklumi atas keputusan cucunya itu dan akan memberi uang banyak untuk hidup di Jakarta, beli mobil, rumah dan fasilitas lainnya.

Ongkas pergi ke Batam kurang 450 ribu katanya, lalu temanku memberi lebih 650 ribu. Setelah dikasih uangnya, dia sangat berterima kasih. Setelah dari Batam ia akan menemui temanku lagi. (Bersambung…)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline