Lihat ke Halaman Asli

Fajar

Penyair Paruh Waktu

Larut malam

Diperbarui: 6 April 2024   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Larut malam, malam terlarut
Gelita tiada berumah
Di gunung, juga di hutan
Di kota dan dimanapun adalah tempatnya
Segala terang akan tersisih olehnya.

Larut malam, malam terlarut
Dan jika memang harus larut, maka larutlah malam ini.
Agar matahari tak tiba meronta
Menghanguskan segalanya
Dan tersisa arang yang sama gelapnya.

Larut malam, malam terlarut
Guna apa lampu kota tetap menyala
Sedang di kolong jembatan gelandangan tertidur tak nyenyak
Dan paginya selalu saja buta

Larut malam, malam terlarut
Hingga gelap kian
Kecuali pijar lilin dalam kalbunya, 
Yang tinggal sedikit sisa sumbunya. 

Larut malam, malam terlarut. 
Larut malam berlarut. 
Larutlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline