Lihat ke Halaman Asli

Menghayati "Ngandel-Kendel-Bandel" Fatwa Ki Hadjar Dewantara

Diperbarui: 18 Juni 2024   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fajar Prasetyo/dokpri

Ki Hadjar Dewantara, tokoh besar dalam sejarah pendidikan Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai pendiri pendidikan nasional, tetapi juga sebagai tokoh yang mengilhami generasi dengan ajaran-ajarannya yang mendalam. 

Salah satu konsep yang diwariskan beliau adalah "Ngandel-Kendel-Bandel". Semboyan ini mengandung makna yang dalam dan relevansi yang masih terasa hingga saat ini

"Ngandel-Kendel-Bandel" Kita harus "ngandel", percaya, jika kepada kekuasaan Tuhan dan percaya kepada diri sendiri. "Kendel", berani, tidak ketakutan dan was-was oleh karena kita percaya kepada Tuhan dan kepada diri sendiri. "Bandel", yang berarti tahan, dan tawakal. Dengan demikian maka kita menjadi "kendel", tebal, kuat lahir batin kita, berjuang untuk cita-cita kita (https://lp2m.ustjogja.ac.id/10-fatwa-hidup-merdeka-ki-hajdar-dewantara/).

Ngandel, yang berarti percaya, mencakup kepercayaan mendalam kepada Tuhan dan kepada diri sendiri. Kepercayaan kepada Tuhan memberikan rasa aman dan ketenangan batin, karena kita yakin bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang membimbing dan melindungi kita. 

Di sisi lain, kepercayaan kepada diri sendiri membangun keyakinan akan kemampuan, bakat, dan potensi yang kita miliki, sehingga kita dapat menghadapi berbagai tantangan hidup dengan optimisme dan tekad kuat.

Kendel, bermakna berani. Dengan dasar kepercayaan kepada Tuhan dan diri sendiri, kita dapat menghadapi tantangan dan ketidakpastian dengan keberanian. Keberanian ini bukan hanya dalam hal fisik, tetapi juga mencakup keberanian mental dan spiritual. 

Dengan keberanian ini, kita tidak akan mudah takut atau ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan menghadapi risiko yang mungkin muncul di jalan. Kendel juga berarti tetap teguh pada prinsip dan nilai-nilai meskipun ada tekanan atau godaan untuk menyimpang.

Bandel, merujuk pada ketahanan dan tawakal. Sifat bandel di sini bukan berarti keras kepala, tetapi lebih kepada ketabahan dan keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan. Tawakal mencerminkan sikap sabar dan menerima apa yang terjadi setelah berusaha sekuat tenaga. 

Dengan bersikap bandel, seseorang tidak mudah menyerah ketika menghadapi kegagalan atau tantangan. Mereka mampu bertahan dan terus berjuang hingga mencapai tujuan yang diinginkan, dengan tetap menyerahkan hasil akhirnya kepada kehendak Tuhan.

Filosofi "Ngandel-Kendel-Bandel" tidak hanya relevan pada zamannya, tetapi juga terus menginspirasi dan memberi arah bagi pendidikan dan pembangunan karakter di Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline