Lihat ke Halaman Asli

Fajar Novriansyah

Pekerja biasa

Puisi: Bianglala Tujuh Warna

Diperbarui: 6 Juni 2022   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Bianglala di belakang patung apel. (sumber: SHUTTERSTOCK/RANDY IMANUEL via kompas.com)

Bianglala 


jatuh dan tersentuh cahaya
bias berkelir di antara sudut yang turun, indah

merah jingga kuning seperti ukiran yang dipahat di langit
diseduh pada pagi dan menyesap asa sampai senja datang
warna warna muda mudi panas bersemangat berpadu syahdu lagi lembut

hijau bagai lumut, pada bukit dan hamparan pohon di lahan luas  
merimbun menjadi hutan hujan, padat dengan daun daun berklorofil

biru seperti hamparan laut, secermin dengan langit diangkasa
makin dalam laut makin gelap makin tak ada bias menjadi kelam

indigo pada nama lain dari nila yang entah apakah punya nilai mistik?
nila bukan racun, warna tak pernah merusak susu di belanga, 
tapi tumbuh pada perdu tarum
bisa juga jadi nama ikan tawar yang nyatanya tak bewarna sama dengan namanya

pada ungu yang cantik genit lahir pada hal hal jarang dan istimewa seperti angrek
dramatis bagai ribuan siput murex moluska yang mati untuk menjadi warna para bangsawan

pelangi pelangi alangkah indahmu
mejikuhibiniu disingkat dalam ingatan
pelukismu Agung siapakah dia?
bianglala bianglala ciptaan tuhan

Pakulonan Barat, 3 Juni 2022
FYI: Bianglala pada KBBI memiliki arti Kincir Ria, tepat seperti yang anda bayangkan, sebuah wahana yang ada di dufan dan taman bermain juga wisata pasar malam. Arti ini adalah artian kedua sedangkan artian pertama pasa KBBI memiliki arti Pelangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline