aku memeluk senja seperti aku menggengam fajar, hangat
melalui hari hari bagai pinisi yang mengarung di samudra lara
pada pagi dan seberkas cahayanya yang perlahan ruah di angkasa
dan gelap yang merambat tanpa peringatan yang mengabur batas
aku membayangkanmu menyentuh dalam sekali sentak yang menyadarkanku
jika berlari di pikiranmu ternyata membuatku lelah jika hanya aku yang berusaha
jika suatu waktu kamu telah menemukan jawaban tentang pinanganku
terbangkanlah bersama angsa yang sedang bermigrasi maka ku kan datang
menggemgam tangan ayahmu pada ijab yang kita nantikan akhirnya
tetaplah disana aku akan tetap menunggu seperti lamunan lamunan tentang rindu
pada sentuhan sentuhan yang tak pernah menyentuh langsung