Lihat ke Halaman Asli

Fajar Novriansyah

Pekerja biasa

Pada Rindu yang Tertunda Jarak dan Waktu

Diperbarui: 14 Maret 2022   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tak perlu bibirmu menyentuh ujung telingaku
aku masih dapat mendengar semua manis ucapmu
senyata aku dengar debar jantungmu yang berirama bagai drum

tak perlu mendesah dalam suara yang putus putus
ucapakan saja lantang seperti saat kau keras keras ijab pada genggaman ayahku

cium aku lebih banyak
tuntaskan semua cinta yang ingin kau penuhi padaku
cium aku lebih dalam
berikan semua penundaan yang membatasi kita selama ini

dapatkah kau kecup aku lebih banyak
gantikan malam malam sepi yang membuatku menunggu

tanda pertama untuk banyak kerinduan
tanda kedua untuk betapa dalamnya perasaanmu
dan banyak tanda seperti seberapa banyak kamu menginginkan ku

dapatkah kau peluk aku lebih lama
gantikan pagi pagi saat aku bangun dan sendiri

esok lusa kau kan kembali pada perbatasan
ada banyak doa dan banyak harap harap yang cemas
perang memang tak ada di negeri ini tapi curiga sungguh membuat gila
seperti saat kutahu dua minggu berikutnya garis dua, bahagia memeluk erat
dan si cabang bayi menunggu ayahnya si tentara yang betugas di perbatasan untuk pulang lagi

Dari Istri yang menunggumu Di Rumah, 

Sebetulnya terinpirasi dari kisah rekan yang Suaminya Tentara dan ditugaskan Ke Lebanon, walau kisahnya tidak serupa tapi pada esensi yang sama. 

14 Maret 2022

Pakulonan Barat, Kelapa Dua Tangerang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline