senja yang tidak pernah terlambat,
seperti petang petang yang telah berlalu
dan sepi sepi yang kulalui di keramaian sore
dan warna warna pudar yang tak pernah hilang
menuntunku untuk pulang, dan kaki yang melangkah pasti tanpa takut tersesat
tubuh tubuh yang lelah dan berdempet, duduk berdiri dan entahlah semua sibuk sendiri
seolah lestari dari bersama bau bau matahari, yang tak pernah lelah rupanya
kita yang selalu pulang, selalu punya tempat untuk diajak bicara sendiri
tak seperti karamnya kapal kapal saudagar yang kecewa tak pernah surut di daratan tujuan
kita yang selalu mampir mampir, berharap tenda tenda langganan masih mengepulkan makanannya
atau seperti aku yang selalu masuk warung nasi dan membungkusnya pulang