Sebetulnya tahun ini yang sedih bukan hanya karena hadirnya pandemi akibat covid19 yang melanda nyaris setiap jengkal wilayah yang di huni oleh manusia. Membuat manusia menjaga jarak demi memperlambat penularan virus berbahaya ini. Kita sedang berjuang diantara virus yang katanya mulai bermutasi, kita manusia mesti selalu beradaptasi.
Dan selama perjuangan tersebut tidak ada hal yang tidak mungkin dikerjakan, apalagi selama itu masih masuk logika, selama itu dapat diusahakan kenapa tidak? Sesungguhnya jarak dari Sabang sampai Merauke dan dari Timor sampai ke Talaud tidaklah memendek, jaraknya akan tetap segitu segitu saja atau mungkin bertambah jauh seperti pergerakan benua Amerika yang bergerak berapa cm menjauh dari benua Afrika dan Eropa tiap tahunnya.
Bicara soal jarak yang jauh tentu dewasa ini tidak sulit untuk saling berkomunikasi. Tidak sulit untuk berkabar dan berbagi rasa kangen teknologi komunikasi sudah sangat canggih.
Bayangkan saat saya kelas 3 sma di tahun 2007 menggunakan sms punya nilai 350 perak untuk sekali menggunakan, butuh 500 perak per menit untuk bertelepon ria sesama operator dan lebih mahal jika menghubungi ke operator lain.
Sekarang dengan wifi dimana mana tanpa kuota kita bisa mengakses internet. Menghungi keluarga kita di tempat jauh dengan aplikasi whattsapp atau telegram miaslnya dapat sekalian juga bisa video call.
Untuk ukuran kuota semahal mahalnya tidak memakan uang upah senilai umr sampai habis karenanya, terlebih sekarang saat pandemi ini membuat semua fungsi tatap muka berubah secara virtual, tapi apa yang tidak berubah? Cara kita berbagi kepada sesama manusia, cara kita memberi ketulusan dan cara kita menyantuni yang tidak mampu.
Tetapi semenjak Lebaran Idul Fitri tahun ini semua berubah. Saya ditinggal Ibu saya untuk selamanya, sedih bahkan di hari kedua lebaran itu saya kesulitan mencari tiket, karena beberapa daerah melakukan PSBB serta mudik dilarang.
Sedih bahkan tak bisa menyaksikan secara langsung proses penguburannya. Ibu saya memang tidak terlalu dekat dengan saya bahkan sering bersebrang pendapat. Tapi dibalik itu Ibu saya banyak mengajarkan hal hal baru untuk saya.
Walaupun Raga Ibu terlah terkungkung tanah InshaAllah saya yakin jika kasih sayang darinya tidak akan pernah berakhir dan doa doa dari kami semua anak anaknya inshaAllah tidak pernah putus.
Segala pengajaran hal yang baik akan terpatri dalam diri kami anak anaknya. Salah satu ajaran yang selalu dia ujarkan dan ajarkan adalah bagaimana kita sebagai seorang manusia mesti berbagi dengan orang lain .
Berbagi adalah hal yang indah bagi kita, tidak selamanya kita mampu untuk melakukan berbagai hal seorang diri dan tidak selalu semua dihasilkan untuk dinikmati sorang diri. Dan apa yang kita dapat juga raih adalah kesempatan yang diberikan Allah SWT untuk kita, nikmat berpendidikan, nikmat bekerja , nikmat sehat dan nikmat lainnya adalah anugrah yang dinberikan untuk kita gunakan dengan sebaik baiknya.