Lihat ke Halaman Asli

Fajar Novriansyah

Pekerja biasa

Wilujeng Tepang Taun, Kuningan

Diperbarui: 1 September 2020   20:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku merindukan berjalan pelan menyusuri jalan jalan yang kini berlapis beton , aspal dan konblok.

Ada beberapa petak sawah dan kali kecil yang harus disusuri.

Jalan setapak dari rumah ku ke tempat penjual Serabi. 

Ada banyak kenangan, ada banyak suka duka yang sebelumnya terekam dalam ingatan. 

Ya mungkin beberapa tersimpan dalam sudut hati yang biasa tetiba terbuka saat berkumpul reuni. 

Aku merindukan duduk sambil menunggu kue Serabi itu matang.

Menikmati proses saat adonan itu diaduk , saat sapu dari ikat padi di sapukan ke kuali gerabahnya.

Saat adonan itu ditumpahkan dengan drastis di atas kuali gerabah panas itu.

Aku nikmati sambil Siduru*) di depan tungku tungku panas di depan ku, dengan asap mengepul.

Aroma surabi matang saat tutup gerabah itu di buka dari kuali gerabah diatas tungku.

Harum dan membuat ku ngiler,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline