Lihat ke Halaman Asli

Fajar Novriansyah

Pekerja biasa

Industri Ponsel Tanah Air: Lokal (Part 2)

Diperbarui: 2 Juni 2020   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Industri Pabrikan dengan jenama produsen lokal sangat sulit untuk bersaing, Terutama bukan pada masalah investasi tetapi terutama masalah dari kurangnya Sumber Daya Manusia, baik dari segi enginering pada Software dan Hardware, kita masih belum bisa benar benar riset dan mampu secara penuh diterapkan. 

Aspek selanjutnya adalah kebanyakan masyarakat meragukan kemampuan teknologi buatan anak bangsa ini, Beberapa Vendor lokal sempat dituding dan dilaporkan Nokia mengenai masalah Intellectual Property Rights atau dalam bahasa Indonesia Hak KEkayaan Intelektual.

Dalam Skema TKDN sebaiknya pemerintah baik Bersama Kememperin dan Kemendikti bersama sama vendor lokal, dan mungkin melibatkan juga sekolah tinggi berbasis teknologi agar sama sama melakukan Riset terhadap kemajuan teknologi negeri kita. Dengan melakukan investasi seperti ini memungkinkan teknologi yang lahir sama sama dapat dikembangkan. Pada kasus Covid ini beberapa Universitas dapat membantu memproduksi ventilator sendiri.

Mungkin karena kepepet dan dibutuhkan banyak jadi produksi alat kesehatan tersebut bisa mendorong produksi dalam negeri. Atau karena Industri ponsel tanah air dapat saja menggunakan aplikasi yang sudah jadi lebih murah ketimbang pengembangan sendiri. 

Contoh, akibat terdesaknya Huawei oleh Pemerintahan amerika serikat membuat beberapa vendor disana mulai mengembangkan kerjasama strategis, Ponsel turunan BKK Electronic Corporation seperti Ovo, Vivo, Realme dan One Plus sudah mulai bekerjasama dengan Xiaomi untuk mmebuat aplikasi aplikasi yang bisa didukung seacra bersama, sebagai antisipasi juga kalau kena sial seperti Huawei.

Aplikasi yang bisa di terapkan mereka di produk besutannya juga memudahkan konsumen agar tidak perlu repot repot pakai aplikasi pihak ketiga. Dengan kerjasama inipula akan lebih murah mengenai biaya riset karena dilakukan bersama sama. Produk yang dihasilkan juga tentu akan lebih ramah dengan gadged yang mereka keluarkan juga kompatible dengan baik. 

Untuk yang Lokal mulai kerjasama secara langsung dengan Google dengan keluarnya Android One,pada tahun 2015 yang dikerjasamakan dengan 3 vendor lokalNexian yang sekarang namanya tenggelam.

Mito yang mulai merambah beberapa perlatan elektronik untuk mempertahanakan keberadaanya Atau mungkin memperluas unit bisnisnya. Serta Evercoss yang sampai sekarang masih bertahan di Industri Ponsel tanah air.

Selain itu Polytron yang mencoba bertahan termasuk dengan pengembangan OS Fira yang juga terafiliasi dengan beberapa produk pinar keluarannya.

Sayang jika kita lihat Ponsel Polytron seakan mati suri karena kalau kita masuk situs internet resminya bagian mobilephone nya tidak bisa di buka. Mungkin ada strategi lain di balik mati surinya produksi ponsel garapan dari salah satu Anak Perusahaan Djarum ini.

Lain dengan Inonesia OS dingkan IDOS yang dikembangkan oleh Advan. Vendor ini masih rajin merlis ponsel teranyarnya. MAsih sama sama bertahan dari gempuran vendor global yang lebih kaya modal baik dari segi iklan dan suport. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline