Lihat ke Halaman Asli

Fajar Novriansyah

Pekerja biasa

Asam Urat Bikin Tidak Kalap Beli Beli Takjil

Diperbarui: 3 Mei 2020   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Berbuka adalah hal yang paling di tunggu tunggu saat berpuasa Ramdhan, Azan magrib juga adalah waktu paling ditunggu agar dapat menyegarakn berbuka, melepas dahaga dan lapar. Tapi kadang suka panik karena saat ingin membeli takjil malah bingung hendak beli apa?

Sekarang saat pandemi covid merebak di beberapa tempat, geliat penjual takjil memang tidak seramai waktu waktu Ramadhan di tahun sebelumnya, tetapi masih ada sebagian pedagang yang menjajakan makannya untuk menjadi santapan berbuka. Makanan makanan menggiurkan dan menggugah selera.

Karena saya menderita asam urat otomatis asupan makanan yang bisa saya konsumsi juga menjadi terbatas. Mesti banyak karbohidrat dan buah buahan. Makan sayur secukupnya (beberapa sayur konon bisa menyebabkan radang kambuh) apalagi makan daging merah. Kalau kambuh sakitnya bukan main.

Rata rata penjual paling banyak menjual makanan berupa olehan makanan yang digorang, kolak dengan santan. Oh kenikmatan itu dapat membunuh saya perlahan jika saya makan sembarangan.

Karena Asam urat ini saya tentu jadi orang yang pilih pilih makan, mau makan risol kadang isisnya ada daging asap, sekali makan kadang kaki sudah beri tanda cenat cenut.

Mau makan gorengan minyaknya tinggi kadang suka bingin spaneng kepala. Mau konsumsi kolak ada batas ambang gula dan bersantan, protein nabati juga ada ambang yang boleh dinikmati sehari harinya .

Saya berusaha tidak melanggar apapun terutama makanan yang ada pantangannya agar tidak kambuh, jadi otomatis jarang beli takjil diluar kecuali ngidam banget, semisal makanan yang pasti berjumpa di bulan puasa saja. Itupun kolak sesekali.

Tapi karena berusaha memenuhi makanan yang terstandar agar tidak kambuh saya meluangkan waktu untuk membuat sendiri.

Bukannya kalap beli takjil malah kalap beli bahan bahan makanan yang akan saya buat. Biasanya saya buat makanan mengikuti tutorial di youtube, kadang jika ada bahan yang tidak boleh dikonsumsi saya akan akalin dengan bahan lain. 

Cara saya mempertahankan agar tidak kebablasan adalah menentukan takaran yang cukup. Berhubung jomblo secara naluriah (aih bahasanya) hanya membuat panganan yang takarannya bisa jadi satu menu yang personal. Jikapun lebih saya siasati agar bisa jadi panganan sahur, walau aslinya saya sahur terbiasa hanya minun air putih.

Oh iya dengan membuat makanan untuk disajikan dan disantap sendiri atau bisa juga berbagi dengan teman satu Kontakan, akan memiliki kesenangan tersendiri. Rasa puas diri bisa berhasil membuat makanan sesuai petunjuk dari belajar melauli tontonan youtube jadi suatu keberhasilan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline