Lihat ke Halaman Asli

Jika saya menjadi Presiden,

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sebagai kepala pemerintahan no. 1 di negeri ini tentu sebagai Presiden banyak yang hal bisa di lakukan, terlebih dengan akses kekuasaan & kebijakan yang bisa di terapkan. setelah 66 tahun merdeka, miris rasanya melihat negri ini masih saja terbelakang & terlilit hutang padahal aset negeri ini begitu melimpah. mungkin benar adanya kata Bung Karno, setelah merdeka bukan lagi kolonial asing yang kita hadapi tapi bangsa kita sendiri yang harus kita hadapi. percaya atau tidak tapi kenyataannya nilai toleransi & saling membantu sudah hilang, tiap hari semakin banyak anak jalanan, Lansia yang terlantar dijembatan penyebrangan & orang cacat tanpa jelas yang mengurus. Jika saya menjadi Presiden, Maka ; -. Menyederhanakan "Birokrasi" hukum & Politik sebagai pakem Demokrasi di setiap tingkatan Pemerintahan. buat apa ada PNS di kelurahan & kecamatan sbg Pelayan Masyarakat, jika rakyat kecil masih saja di "PALAK" ketika membuat KTP, KK. uang perbaikan infrastruktur Kabupaten kerap di "SUNAT" oleh oknum kelurahan & kecamatan. Mengapa ? Karena Pemerintah Pusat & Propinsi hanya bergerak di bidang Tender, sayangnya Tender tsb tidak TERBUKA sehingga memicu KKN dalam hal Budget & Distribusi. buat apa ada Polisi & Jaksa jika masih saja ada orang kecil yang di Penjara 5 Thn hnya karena memungut buah Pepaya yg sudah jatuh di sebuah lahan tani yang sebenarnya tidak ter-urus. -. Saya tidak akan melakukan sikap "ping - pong" jika ketika kebijakan pemerintahan negri ini sudah pakem, sekalipun DPR coba untuk meng-otak - atik jalur departemen pemerintahan yang saya pimpin. saya akan undang jajaran DPR untuk memberikan saran & kritik diluar formalitas seperti Sidang Paripurna & Rakyat bisa menonton secara Live sebagai bagian Tanggung jawab kejujuran saya kepada Rakyat seluruh negri ini. -. Nasionalisasi ladang minyak & tambang yang memiliki kontrak "Kolonial", bagaimana tidak semua kontrak ladang : Minyak & Tambang di indonesia dimiliki oleh perusahaan asing dengan klausul : 15 - 50 thn. Emas & Minyak di Negri ini milik RAKYAT, tapi kenapa masih saja subsidi silang "Rumit nan Ribet" Indonesia yang punya Emas & Minyak tapi kenapa negara lain yang kaya. -. Program : Mencetak Insiyur, ekonom, ahli : IT, Perminyakan, Pertambangan, Tata kota dsb dari para pelajar & mahasiswa/i yang cerdas. Rakyat Indonesia sudah terbiasa miskin, kenapa kita tidak berani Mandiri & Miskin beberapa tahun dan KAYA & KUAT dalam berbagai bidang setelah itu. Kita hanya perlu berani bersikap atas konsep & prinsip, mau DPR menggugat jika hanya sebatas "Dagelan" tanpa sumbang solusi lebih baik Dekrit pembubaran. Karena Rakyat Indonesia butuh aksi Nyata, bukan hanya Janji .. -. Mendukung penuh para konsep pemimpin muda, semacam: Dahlan Iskan (Dirut PLN) yang berani pasang badan & turun langsung untuk memberantas "KORUPSI" di Jajaran bahkan sampaikan ke Mitra Kerjanya. Beberapa waktu yang Lalu ada pegawai lapangan PLN yang berani Menolak kiriman Batu Bara yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, walau sampai di sogok "cash" & tetap Tulus menolak. sayang sampai kini orang PLN tsb tidak ingin di publikasi, bahkan Dahlan Iskan sampai bangga bukan kepayang atas sikap Jajarannya. Bahkan sampai kini Dahlan iskan tidak pernah mau menerima "GAJI" sebagai Dirut PLN. -. Mendukung Fadel Muhammad, sebagi Mentrei Kelautan & Perikanan yang berani menantang dengan gagah untuk perang Negara Malaysia, Polisi laut Malaysia & para pencuri ikan di kawasan perairan Indonesia. Negara Ini sangat melimpah ikannya, tapi masih saja para nelayan kita miskin & kesulitan untuk menyekolah anak - anak Mereka. Note: Tulisan diatas hanya sebatas opini & ungkapan dari sudut pandang pemikiran saya, Mohon maaf jika sekiranya ada beberapa pembaca yang kurang setuju atau merasa tersudut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline