Kala itu, terhitung 12 tahun silam, di saat orang yang tepat memimpin suatu wilayah yang memiliki berbagai macam potensi alam, dengan luas wilayah sebesar 8.701.742 ha, maka tidak heran jika Provinsi Sumatera Selatan menjadi wilayah yang mandiri, bahkan dapat memberikan keuntungan dan kemudahan bagi wilayah lain.
Terhitung hampir 1,5 juta ton beras dihasilkan dari sekitar 895.182 ha lahan persawahan setiap tahunnya. Maka wajar jika Sumsel dinyatakan sebagai lumbuh pangan nasional.
Semua kekayaan itu tentu tidak akan ada artinya jika dikelola oleh tangan yang salah, karena selain menunjukkan kelebihan berupa surplus, sektor pertanian ini juga memberikan andil terhadap produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 17,61 persen.
Pada tahun 2005, Gubernur Sumatera Selatan, Ir. Syahrial Oesman, menyampaikan rencana serta hasil pembangunan di daerah ini kepada presiden SBY. Ia menyampaikan bahwa produksi beras di Sumsel mengalami surplus mencapai 463 ribu ton. Namun Syahrial belum merasa puas dengan pencapaiannya tersebut, ia hendak melakukan perluasan areal tanam, peningkatan produktivitas, pembangunan jaringan irigasi, drainase, dan penggunaan benih unggul varietas tipe baru, dengan itu, ia berharap akan surplus beras 2 juta ton.
Dari rekam jejak di atas, jelas bahwa Syahrila mampu mewujudkan kesejahteraan bagi petani, yang saat ini mulai mengalami penurunan setiap tahunnya, seperti data yang dimiliki oleh presiden Jokowi bahwa nilai tukar petani selalu berada di bawah indeks 100 dan mengalami penurunan setiap tahunnya.
Itu berarti bahwa nilai kenaikan harga produk pertanian yang masuk ke kantong petani lebih rendah ketimbang barang yang dikonsumsi petani itu sendiri.
Oleh Karena itu, Calon Gubernur Sumsel periode 2018-2023, Syahrial Oesman, berkomitmen akan memprioritaskan kesejahteraan petani, demi kemajuan sektor pertanian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H