Lihat ke Halaman Asli

Apa Ada Hubungan Statistik Matematika dengan Covid-19?

Diperbarui: 13 Agustus 2020   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Fajar Fhaturrahman Mahasiswa Prodi Matematika Fakultas Saintek UINSU

Dengan semakin meningkatnya angka Pasien virus corona di dunia, WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Untuk mengedukasi masyarakat mengenai kenaikan angka pasien corona virus kita dapat mengambil pelajaran yang tersisip didalamnya.

Sistem pengumpulan data yang digunakan untuk menghitung orang yang terkena corona virus atau COVID-19 adalah salah satu pengaplikasian matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan materi statistika, orang yang terinfeksi virus corona dapat terdata dan terhitung dengan akurat. Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengumpulkan (collecting), menyajikan (organizing), menganalisis (analyzing), menginterpretasi (interpreting), menyimpulkan (concluding), dan mengambil keputusan atas fakta-fakta numerik yang disebut data.

Cara yang digunakan untuk mengumpulkan data pasien corona virus adalah dengan melihat awal kasus virus corona menyebar. Kemudian siapa saja orang-orang yang pernah berada dalam jarak dekat dengan orang yang dinyatakan positif COVID-19 atau dalam kategori PDP (Pasien Dalam Pengawasan) dan ODP (Orang Dalam Pengawasan).

Sehingga terbentuk beberapa kategori yang membuat data lebih mudah dibaca.

Data dapat dilihat pada web resmi covid19.go.id. Berdasarkan laporan data yang tercatat dalam covid19.go.id, pada Rabu (8/4/2020) secara kumulatif mencapai 2956 orang. Kemudian terjadi penambahan 337 kasus baru dari hari sebelumnya. Terkonfirmasi kasus corona virus di Indonesia menjadi 3.293 orang dengan 252 pasien dinyatakan sembuh dan 280 orang meninggal dunia, Kamis (9/4/2020).

Dengan demikian, kita dapat menganalisis bahwa pasien Covid-19 pada hari Rabu ke Kamis mengalami kenaikan yaitu dengan cara, 337 kasus baru dibagi dengan jumlah kasus kemarin yaitu 2956 diperoleh 0,1136. Kemudian hasil tersebut dikalikan 100% untuk dikonversi menjadi persentase, sehingga diperoleh 11,36%.

Pakar ilmu matematika dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah (Jateng), memprediksi puncak wabah virus corona di Indonesia akan terjadi pada Mei 2020 mendatang. Namun masa berakhir pandemi ini tergantung kebijakan yang diambil pemerintah.

Ilmuwan tersebut, Sutanto Sastraredja mengatakan, telah menganalisis kondisi covid-19 di Indonesia dengan model SIQR. Data-data diambil mulai 2 Maret, saat pertama kali pemerintah mengumumkan secara resmi terdapat dua orang positif Covid-19.

Dosen dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) UNS ini memaparkan, model SIQR ini yakni, Susceptible (S) merupakan orang yang sehat yang rentan terinfeksi.

"Lalu Infected (I) individu yang terinfeksi, Quarantine (Q) sebagai proses karantina, dan Recovery (R) adalah orang yang telah sembuh dari corona," kata dia seperti dilansir Detik.com, Sabtu (28/2/2020).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline