Lihat ke Halaman Asli

Love Me or Hate Me but Don’t Apriorate Me

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah lebih dari dua dekade hidup di dunia ini, kemudian atas dasar pengamatan, penelitian kemudian mengambil kesimpulan atas apa yang saya alami, setidaknya saya mampu menemukan sedikit teori tentang kehidupan. Meskipun dalam proses selanjutnya teori ini belum teruji keilmiahannya. Ini kaitannya dengan bagaimana cara mencintai seseorang kepada orang lain.

Seringkali kita dibuat jengkel bahkan marah oleh orang-orang di sekitar kita. Entah dari caranya dia bicara atau perilakunya yang seakan-akan negatif kepada kita. Reaksi ketika dihadapkan dengan orang-orang semacam ini adalah prasangka negatif. Tapi sebentar, jangan apriori dulu dangan seorang yang mempunyai reputasi buruk di hadapan kita, bisa jadi itulah bentuk cinta mereka kepada kita.

Jika pernah melihat film kartun dulu di ANTV yang berjudul Hey Arnold maka ada sosok yang bernama Helda. Si Helda ini cinta mati ke Arnold, bahkan pernak pernik yang dipakai Arnold disimpan di kamarnya dan kadang sampai dipeluk-peluk. Tapi apa reaksi Helda saat bertemu Arnold, ia serta merta akan membuat masalah dengan Arnold, entah menjahilinya atau marah-marah ke Arnold tanpa alasan yang jelas. Mungkin itulah cara Helda mengungkapkan cinta kepada Arnold, dan kejadian ini ini ternyata  banyak terjadi di dunia nyata.

Kehidupan bisa digambarkan sebagai sebuah lingkaran. Artinya ia akan berputar sebagaimana sebuah siklus. Kebiasaan anak-anak bisa terulang saat kita dewasa. Demikian pula dengan cara mencintai seseorang. Jika dulu ketika cinta kepada seseorang kita akan membuat dia kesal maka hal ini bisa terjadi saat dewasa. Ini saya alami sendiri, bagaimana seorang kawan kerja yang seumuran bapak saya sering  membuat nylekit hati saya. Memang, awalnya saya males ketemu dengan orang ini tapi lama kelamaan setelah saya cuekin, beliau lumayan sering ke ruang saya dan memberikan informasi penting terkait dengan pekerjaan walaupun tetap saja dengan bahasa yang nylekit.

Contoh, “Jar, ini ada format pengajuan proposal bisa kamu salin. Kamu jangan diem aja jadi orang, yang aktif dong jangan sampai terlena.”

Kemudian selanjutnya bahwa beliau mencintai saya, saat ada tawaran beasiswa beliau langsung sms ke saya masih dengan bahasa nylekit. Saya kemudian berfikir mungkin itu cara bapak ini mencintai saya, tak apalah nylekit-nylekit sedikit yang penting apa yang baik dari bapak itu dapat saya ambil.

Kesimpulan, poin penting dan universal terkait dengan cara mencintai seseorang  adalah bagaimana seseorang dapat membuat perhatian kepada yang dicintai apapun bentuknya. Sampai ada ungkapan “ love me or hate me but don’t apriorate me” cintai saya atau sekalian benci saya tapi jangan acuhkan saya.

Satu lagi, ini bukan kesimpulan tapi pesan, janganlah bersuudzon dengan orang lain. Barangkali begitulah ia mencintai Anda.

*nylekit = bhs. Jawa yang artinya menyakitkan hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline