Lihat ke Halaman Asli

Loyalitas, Rasa Takut, Pengkhianatan, dan Bayang-bayang James Bond di 'Skyfall'

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13518855121959478833

Sudah lama sekali saya tidak menulis di Kompasiana (dan proyek "A Week at the Movies" saya sepertinya hancur lebur ha ha) dan tiba-tiba datang dengan satu tulisan ekstra panjang tentang kesoktahuan saya perihal Skyfall, film terbaru James Bond yang menandakan 50 tahun agen rahasia asal Inggris ini di layar lebar. Skyfall sudah saya masukkan ke dalam dafatr film paling ditunggu tahun ini versi saya (baca selengkapnya di sini). Mengecek Kompasiana sebentar, ternyata sudah ada beberapa Kompasianer yg menulis tentang Skyfall, hasilnya cukup variatif tapi sayangnya rata-rata memiliki pendapat yang kurang mengenakkan dan sedikit kecewa. Tapi, itu pendapat orang masing-masing dan saya dulu pernah mengatakan bahwa pada dasarnya tidak ada film yang jelek. Lalu, bagaimana tentang Skyfall?

Skyfall (2012) B pada saat pertama kali menonton, A- pada saat kedua kali menonton

[caption id="attachment_214415" align="aligncenter" width="639" caption="Still of Daniel Craig in Skyfall ( Photo by Francois Duhamel - © Skyfall2011 Danjaq, LLC, United Artists Corporation, Columbia Pictures Industries, Inc. All rights reserved.)"][/caption] Directed by: Sam Mendes Starring: Daniel Craig, Javier Bardem, Judi Dench, Ralp Fiennes, Albert Finney, Naomie Harris, Bérénice Marlohe Sejak bulan Oktober lalu, tiba-tiba saya "dipaksakan" untuk berhubungan dengan James Bond. Mulai dari review film, buku, hingga sebuah advertorial. Jujur, saya bukan fans berat James Bond; ke-25 filmnya belum saya tonton semua, belum pernah membaca satu tulisan pun Ian Fleming tentang agen MI6 ini, dan saya masih terlalu muda. Untungnya film-film James Bond walaupun terdiri dari banyak seri tetapi merupakan film lepas, masing-masing bisa berdiri sendiri. Sehingga tidak masalah bagi saya untuk menonton film-filmnya walaupun belum secara keseluruhan. Dr. No, Goldfinger, From Russia with Love, A View to Kill, GoldenEye, dan Casino Royale adalah beberapa film James Bond favorit saya. Dan kebetulan Daniel Craig juga merupakan James Bond terbaik menurut saya. Kenapa saya tidak katakan Sean Connery? Jawabannya mudah, walaupun agak sedikit shallow, karena saya belum menonton semua film-film Bond yang dibintangi Connery. Skyfall adalah film James Bond ke-23 yang diproduksi oleh EON dan merupakan kali ketiga Daniel Craig berperan sebagai mata-mata asal Inggris ini. Skyfall pun mengambil cerita yang lepas dari Casino Royale maupun Quantum of Solace. Premisnya terbilang cukup sederhana untuk sebuah film Bond. Loyalitas M dipertanyakan ketika bocornya data-data agen rahasia MI6 di internet dan menyebabkan pembunuhan masal para agen rahasia tersebut. Ternyata masalah ini berhubungan dengan penjahat flamboyan bernama Silva. Bond pun harus "tewas" dan tiba-tiba "bangkit dari kubur" untuk membersihkan MI6 dan membangun kembali kredibilitas M. Sekian. Dari cerita yang terlalu sederhana itu, tiba-tiba tanggapan dari publik luar negeri meledak sejak peluncuran film ini pada pertengahan Oktober kemarin. Para kritikus mencap bahwa ini adalah salah satu film Bond terbaik. Pada akhir Oktober lalu, akhirnya saya mendapat kesempatan untuk menonton film ini. Dan saya pun bingung darimana harus menilai sehingga film ini dikatakan sebagai film terbaik. There's like a missing piece. Ada yang hilang sehingga saya perlu untuk menonton yang kedua kalinya di layar IMAX.Dan tiba-tiba saja film ini meledak jauh di luar ekspektasi saya. Apa yang dikatakan oleh kritkus luar negeri pun tidak salah. Skyfall memang dibangun secara perlahan, mencoba menggabungkan James Bond tradisional dengan era modern. Apa Anda pikir film-film Bond selalu pintar? Tidak juga. Beberapa terbilang konyol dan jelek sekali. Tapi bagi saya, ada empat tema yang ingin diangkat oleh Skyfall dan direpresentasikan oleh empat tokoh utama di sini. Entah apakah empat tema ini akan menjadi bumerang sendiri bagi tulisan saya karena bisa saja akan menjadi spoiler bagi Anda yang belum menonton Skyfall. Yang pertama adalah loyalitas. Tentu di sini menyangkut kehadiran James Bond. Dari awal, loyalitas Bond terhadap MI6 ataupun Inggris mulai dipertaruhkan. Bond harus "mati" akibat kecelakaan di Turki. Tiba-tiba Bond menghilang dan "bangkit dari kubur" setelah mendengar berita MI6 diacak-acak oleh seorang penjahat. Bond pun sadar kalau kredibilitasnya sebagai agen rahasia mulai dipertanyakan karena usia dan fisik yang tidak lagi muda. Masa lalu Bond juga diangkat kepermukaan. Bond pun mulai menyadari apakah dia harus terus menjadi agen rahasia atau harus mundur perlahan dan hidup tenang sebagai pengecut. Baru kali ini James Bond diperlihatkan memiliki sebuah ikatan emosional yang cukup tinggi. Walaupun dulu di Casino Royale, Bond harus cukup patah hati ditinggal mati oleh Vesper. Danie Craig berperan maksimal di sini. Aktor yang lebih dikenal sebagai bintang film bertema art-house ini menggali sisi James Bond yang paling sensitif. James Bond pun yang merupakan manusia superior bisa terlihat rapuh dan sangat membumi. Yang kedua adalah rasa takut. Sangat jelas bahwa rasa takut terpancar dibalik wajah cantik Sévérine. Penonton dapat dengan mudah mengetahui latar belakang karakter Bond girl satu ini. Sévérine pun sedang dijebak di permasalahan yang sebenarnya tidak dia inginkan. Karakternya terlalu kecil tapi membawa dampak besar bagi kelangsungan karakter lain. Saya pikir di awal, Bérénice Marlohe terlalu grogi untuk memerankan Sévérine, tangannya terlalu bergetar ketika berbicara dengan Bond. Tapi apa terlihat merupakan representasi dari bahasa tubuh Sévérine, walaupun hidup dalam kemewahan dan glamor, Sévérine tetap takut dengan kondisi sekitar. Yang ketiga adalah pengkhianatan. Inilah bintang yang sebenarnya dalam Skyfall. Silva, sang penjahat flamboyan yang mampu mengadu-domba MI6 dan menghancurkannya perlahan-lahan akibat sebuah pengkhianatan. Ini yang membuat motif di Skyfall menjadi sangat sederhana, motif Silva bukan untuk menghancurkan dunia tapi menuntut balas dendam terhadap orang-orang yang dulu ia percayai tapi malah berbalik menyerangnya. Karakternya hampir mirip dengan apa yang digambarkan karakter Janus yang diperankan oleh Sean Bean di film James Bond yang berjudul GoldenEye. Silva mencoba menggali masa lalu Bond maupun M. Dan Silva pula yang mampu menggoda Bond sehingga seksualitas Bond sebagai simbol laki-laki heteroseksual patut dipertanyakan. Javier Bardem sukses membangun karakter ini dengan masuk menjadi Silva lewat gerak tubuh yang sedikit queer, mimik wajah, dan suara yang menyeramkan. Silva pun bisa dikatakan sebagai orang yang inosen, bahwa menjadi jahat bukan yang dia inginkan. Yang terakhir adalah bayang-bayang yang merepresentasikan karakter M. M tiba-tiba mengambil peran yang cukup dominan di Skyfall. Loyalitas M yang dipertanyakan menjadikan M sebuah bumerang tersendiri. Keputusan yang diambil M ketika memimpin MI6 banyak yang agak ceroboh. M juga memiliki agenda sendiri ketika memimpin MI6. Sebab yang dia inginkan adalah kondisi Inggris yang aman, sehingga berbagai cara apapun akan diambil walaupun membahayakan kumpulan agen rahasia lain. Bila Anda merasa tidak ada Bond girl yang dominan di film ini, itu karena M menjadi Bond girl tidak resmi. Lihat betapa cinta dan sayang Bond terhadap M sehingga mampu membuat Bond menangis. Dan mungkin, lirik yang ada di lagu tema Skyfall (dengar di sini) yang dinyanyikan oleh Adele meceritakan hubungan Bond dan M. Tidak ada kata-kata lain yang bisa mendeskripsikan penampilan Dame Judy Dench sebagai M kecuali sempurna. Inilah yang bagi saya merupakan taktik yang diusung oleh Sam Mendes sebagai sutradara, maupun John Logan sebagai penulis skenario. Mendes yang memang lebih terkenal dengan film drama seperti American Beauty, Road to Perdition, dan Revolutionary Road ingin menekankan drama dan teror psikologis dalam Skyfall ketimbang adegan aksi mewah. Masing-masing karakter yang ditulis oleh Logan memiliki motif dan masa lalu tersendiri. Penetrasi alurnya lebih kepada emosi. Logan mengerti bahwa dua kunci sukses sebuah film adalah cerita dan karakter yang kuat. The Dark Knight pun dijadikan sebagai referensi utama untuk membangun Skyfall. Hasilnya memang tidak sefantastis itu, tapi cukup mendekati "sempurna." Beberapa spekulasi awal dan rumor yang berkembang tentang Skyfall ada yang terjawab dengan benar. Dan menonton Skyfall satu kali dirasa tidak cukup dan menganggap ada yang hilang. Tapi saya yakin, jika Anda berani menontonnya dua kali, maka akan mengerti maksud keseluruhan dari film ini. Salah satu film terbaik tahun ini, mungkin? Yang jelas, saya tidak sabar akan seperti apa petualangan James Bond berikutnya. (FBS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline