Bulan Maret, pada tanggal 30, adalah hari perfilman nasional. Kabar baik bahwa di trimester pertama tahun 2012, industri film Indonesia memperlihatkan geliat yang positif. Ketika bukti nyata, film-film Indonesia seperti The Raid, Kebun Binatang, dan Modus Anomali berhasil menembus festival besar internasional. Maret juga menandakan kembali normalnya pendistribusian film-film impor, beberapa di antaranya sudah tayang dengan tanggal yang sama persis dengan tanggal tayang di Amerika. Minggu terakhir di bulan Maret ini saya sangat senang karena akhirnya serial Mad Men tayang kembali untuk musim kelimanya, juga senang bahwa Maret ini juga tulisan saya berhasil masuk lembaran Kompasiana Freez hari Kamis (29/03/12) kemarin (terima kasih Kompasiana :D). Film-film yang saya tonton minggu ini tidak terlalu banyak, tapi temanya masih cukup beragam. Ada beberapa rencana untuk lebih banyak menonton di BFN namun batal karena tidak adanya waktu. Selamat berkahir pekan dan selamat menonton! (FBS)
The Raid: Redemption (2011) A- ketika pertama kali menonton, B untuk kali kedua
[caption id="attachment_172007" align="aligncenter" width="639" caption="Ray Sahetapy in The Raid: Redemption (© 2011 - Sony Pictures Classics. All rights reserved.)"][/caption] Directed by Gareth Evans Starring: Iko Uwais, Ray Sahetapy, Joe Taslim, Donny Alamsyah, Yayan Ruhian Akhirnya minggu ini saya berkesempatan menonton The Raid: Redemption secara utuh. Sebelumnya, di November 2011 saya sudah menonton film ini di iNAFFF11, namun terlewat di sepuluh menit pertama (baca ulasan lengkap di sini dan di sini). Ternyata saya tidak terlalu kelewat banyak. Yang jelas hampir sepuluh menit pertama adalah struktur awal cerita, ada sedikit titik mula konflik yang dibahas mengenai hubungan Rama (Iko Uwais) dan keluarganya. 10 menit pertama itu seperti tidak terlalu krusial untuk diewatkan. Karena setelah itu, adegan langsung bergulir cepat mengenai penyerangan atas gembong narkoba Tama (Ray Sahetapy). Satu trademark yang saya suka dari penjahat ala The Raid, sebelum membunuh tawanannya, Tama harus makan mie instan Indomie dulu biar afdol. Sepertinya sudah banyak yang membahas tentang The Raid: Redemption di Kompasiana, sebab film ini ibarat menjadi trending topic, film Indonesia di awal tahun 2012 yang berhasil rilis serentak di belahan dunia lain selain Indonesia. Ada sedikit kejanggalan ketika kali kedua saya menonton The Raid: Redemption. Jujur, untuk kali pertama, saya kagum dengan film ini. Cepat, berani, sadis, dan laki-laki. Namun, kali kedua menontonnya, terasa datar saja, tidak ada yang spesial, seperti ada kepingan yang hilang. Bukan berarti bahwa The Raid: Redemption adalah film yang jelek. Mungkin pada kali pertama saya kagum bahwa ada film Indonesia yang seperti ini. Namun pada kali kedua merasa sudah terbiasa. Jadi efek "wah"-nya sudah tidak muncul. Antusias penonton masih tetap sama, masih tepuk tangan ketika film diputar, baik pada saat iNAFFF11 maupun ketika dirilis untuk komersil. Saya tidak bisa menyangkal bahwa memang penonton Indonesia takjub melihat ada film Indonesia seperti ini. Sempat ramai dibicarakan mengenai keluhan para penonton lain yang merasa terganggu ketika ada orang tua yang membawa anak di bawah umur untuk menonton The Raid: Redemption. Ini adalah film yang tingkat sadisnya hmpir muncul di setiap adegan, sehingga kurang pantas untuk ditonton anak-anak. Bahkan di Amerika sendiri pun, rating untuk film ini adalah R atau Restricted. Inilah bukti bahwa pengawasan sensor di Indonesia masihlah sangat lemah. Sudah capai saya marah-marah tentang hal sensor ini (pernah saya bahas di sini).
Harus kita akui bahwa The Raid: Redemption memang fenomenal. Bahkan Roger Ebert sendiri pun harus membuat tulisan lain (baca di sini) untuk membentengi dirinya atas kritikan orang banyak karena membenci film ini. Kalau belum menonton film ini, coba tonton. Kapan lagi bisa menonton film Indonesia tanpa embel-embel esek-esek pocong di dalamnya. (trailer di sini)
Corman's World: Exploits of a Hollywood Rebel (2011) A
[caption id="attachment_172008" align="aligncenter" width="629" caption="Corman"]
[/caption] Directed by Alex Stapleton Starring: Roger Corman, Martin Scorsese, Quentin Tarantino 'Corman's World: Exploits of a Hollywood Rebel' is watching a mayhem; mayhem of change, mayhem for the love of movies. Roger Corman telah membuat ratusan film, namun sayangnya film-film tersebut adalah film kelas B yang penuh ledakan, wanita telanjang, dan darah palsu. Beberapa filmnya juga sudah mendapat predikat cult-classic. Tapi jangan diremehkan kualitasnya, justru film-film kelas B itulah yang telah mempengaruhi film blockbuster Hollywood seperti Jaws dan Star Wars atau film motor semacam Easy Rider. Mungkin bisa dikatakan, bila Roger Corman tidak membuat film tersebut, maka tren film musim panas tidak akan ada. Roger Corman jugalah yang menjadi mentor bagi generasi emas di Hollywood seperti Coppola, Scorsese, Demme, Tarantino, Cameron, de Niro, Nicholson, dan lain-lain. Film-film yang dihasilkan oleh Corman adalah The Wild Angels, Bloody Mama, The Raven, dan lain sebagainya. Corman tidak pernah memenangkan Oscar, namun di tahun 2011 ia menerima Academy Honorary Awards. Inilah tanda bahwa Corman adalah salah satu orang yang berpengaruh terhadap industri film Hollywood. Pada acara tersebut, Corman berkata "So I say to you, keep gambling, keep taking chances." Salah satu sosok yang inspiratif dan luar biasa. Cari film ini. (trailer di sini)
Mad Men: A Little Kiss (2012) A-
[caption id="attachment_172009" align="aligncenter" width="608" caption="Don Draper (Jon Hamm) in Episode 1-2 (Ron Jaffe/AMC)"]
[/caption] Akhirnya, pasca "libur" selama lebih dari 17 bulan, SCDP kembali membuka jasa periklanan lagi. Yes, 'Mad Men' is back. And it's better than ever. Mad Men adalah salah satu serial terbaik saat ini. Ketika laki-laki adalah laki-laki dan perempuan hanyalah sebatas rok dan isinya. Saya merasa perlu menyinggung sedikit mengenai episode baru serial Mad Men di musim kelimanya. Episode yang berjudul A Little Kiss menandakan bahwa Don Draper & Co benar-benar kembali ke televisi. Sekarang semuanya telah memiliki kehidupan baru; Don telah menikahi Megan, sang sekretaris, SCDP telah menjadi perusahaan periklanan yang besar, Joan sudah memiliki bayi, Roger Streling masih brengsek, rasisme dan seksisme masih terjadi. Ya, karena ini adalah serial yang membahas kehidupan Amerika di era 60-an. Tentu intriknya sangat jauh berbeda dengan sekarang. Penantian panjang tersebut terbayar. Mad Men muncul dengan awal yang baik, konflik mulai bermunculan. Don Draper masih menjadi Don Draper, the ultimate dapper-douchebag. Highlight episode ini tentu saja ketika Megan menyanyikan lagu Zou Bisou Bisou di pesta ulang tahun Don (lihat di sini) dengan versi yang lebih menggoda dan seksi (that leg!). Ah, saya tidak sabar menunggu setiap minggu untuk menonton episode terbaru Mad Men. Tonton serial ini.
The Innkeepers (2011) B+
[caption id="attachment_172010" align="aligncenter" width="639" caption="Still of Pat Healy and Sara Paxton in The Innkeepers (© 2011 - Magnolia Pictures)"]
[/caption] Directed by Tai West Starring: Pat Healy, Sara Paxton, Kelly McGillis Sudah lama saya tidak menonton film horor yang bagus. Dan sepertinya The Innkeepers menjanjikan hal tersebut. Bercerita tentang Clair (Paxton) dan Luke (Healy) yang sedang menjaga hotel Yankee Pedlar Inn di hari-hari terakhirnya sebelum hotel tersebut tutup. Ternyata di hotel tersebut menyimpan sebuah misteri tentang kematian Madeline O'Malley dan arwahnya masih menghantui tempat tersebut. Sontak, hal ini membuat dua karyawan hotel ini penasaran dan mulai mencari-mencari "sosok" Madelin O'Malley. The Innkeepers berbicara tentang konsep bertemu makhluk halus atau spirit dan kontak yang terjadi dengan manusia. Alur yang dibuat memang agak lambat, bahkan sosok sang hantu sendiri agak jarang terlihat. Tapi ketegangan berhasil dibangun oleh West, sutradara muda yang mempunyai masa depan cerah di film dengan genre horor. Ketakukan dibangun dari kesendirian dua pemain utamanya. Jujur, saya lebih takut dengan horor psikologis daripada horor hantu. The Innkeepers memang tidak sedalam The Shining, tapi tetap menghantui. Ingat, jangan takut bila kita sudah ditunjukkan "sosok" asli hantu, bila awalnya adalah penasaran dan mengusik keberadaan mereka. (trailer di sini)
Wrath of the Titans (2012) B